Opini

Opini: Dari Sri Mulyani ke Purbaya, Menjaga Jangkar Menata Arah

Indonesia tidak boleh terjebak dalam dikotomi “Sri Mulyani versus Purbaya”. Yang kita perlukan adalah kesinambungan. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI ZEFIRINUS K LEWOEMA
Zefirinus Kada Lewoema 

Harapan pada Purbaya

Di sisi lain, Purbaya datang dengan latar dan gaya yang berbeda. Ia seorang insinyur sekaligus ekonom, dengan pengalaman panjang di pasar modal, lembaga riset, hingga Lembaga Penjamin Simpanan. 

Gaya komunikasinya lugas, kadang provokatif. Ia berani menargetkan pertumbuhan enam hingga delapan persen (Reuters, 2025). 

Ambisi ini menimbulkan skeptisisme, tetapi sekaligus memberi energi baru di ruang publik yang sering jenuh oleh angka-angka moderat.

Keberanian ini bisa dibaca sebagai tanda percaya diri, bahwa Indonesia punya modal untuk melaju lebih cepat. 

Ia membawa perspektif multidisipliner, hasil dari latar belakang teknik dan ekonomi, yang mungkin memberinya cara pandang berbeda terhadap kebijakan fiskal. 

Harapan muncul bahwa pendekatan baru ini akan memadukan ketegasan teknokratik dengan energi pro-growth yang selama ini dianggap kurang menonjol di bawah kepemimpinan sebelumnya.

Namun, optimisme tanpa konsistensi hanya akan menjadi retorika. Pasar tidak menunggu janji, melainkan bukti. 

Purbaya harus menunjukkan bahwa keberanian menetapkan target tinggi tetap berjalan bersama dengan disiplin fiskal.

Menjembatani Disiplin dan Ambisi

Pergantian ini mengguncang, tetapi guncangan bukanlah akhir. Ia bisa menjadi awal dari penataan arah baru. Dari Sri Mulyani kita belajar tentang pentingnya disiplin dan integritas. 

Dari Purbaya kita melihat energi, keberanian, dan dorongan untuk keluar dari jebakan pertumbuhan moderat. 

Tantangan pemerintah adalah menjembatani dua hal yang tampak bertolak belakang: menjaga jangkar fiskal sekaligus menata layar agar kapal bisa melaju lebih cepat.

Keseimbangan inilah yang krusial. Optimisme boleh ada, tetapi harus ditempa dengan kebijakan nyata: transparansi dalam belanja negara, keberanian dalam reformasi pajak, dan keberpihakan pada kelompok masyarakat paling rentan terhadap guncangan ekonomi. 

Tanpa itu, target pertumbuhan hanya akan berhenti pada tabel presentasi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved