Opini

Opini: Dari Sri Mulyani ke Purbaya, Menjaga Jangkar Menata Arah

Indonesia tidak boleh terjebak dalam dikotomi “Sri Mulyani versus Purbaya”. Yang kita perlukan adalah kesinambungan. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI ZEFIRINUS K LEWOEMA
Zefirinus Kada Lewoema 

Politik, Pasar, dan Rakyat

Pergantian menteri keuangan bukan semata urusan teknokratik. Ia adalah keputusan politik, dan politik selalu membawa risiko. 

Pemerintah perlu mengingat bahwa pasar bukanlah musuh, melainkan mitra yang sensitif terhadap sinyal kebijakan. 

Ketidakjelasan komunikasi atau inkonsistensi hanya akan memperlemah kepercayaan.

Di saat yang sama, orientasi fiskal tidak boleh hanya diarahkan pada kepentingan pasar. 

Rakyat kecil menunggu bukti nyata: harga bahan pokok yang terjangkau, perlindungan sosial yang tepat sasaran, dan lapangan kerja yang layak. 

Inilah ujian bagi Purbaya: apakah pro-growth yang ia janjikan benar-benar menyentuh dapur masyarakat, atau hanya berhenti di ruang rapat investor.

Menjaga Api yang Sama

Indonesia tidak boleh terjebak dalam dikotomi “Sri Mulyani versus Purbaya”. Yang kita perlukan adalah kesinambungan. 

Disiplin yang diwariskan Sri Mulyani harus tetap dijaga, sementara energi baru Purbaya diberi ruang untuk berinovasi. 

Sri Mulyani tetap bisa memberi kontribusi, dan Purbaya harus membuktikan bahwa optimisme yang ia tawarkan bisa diterjemahkan menjadi kesejahteraan nyata.

Pergantian ini adalah ujian: apakah kita mampu menjaga jangkar tanpa kehilangan layar? 

Dari disiplin menuju ambisi, dari guncangan menuju kebangkitan, kita harus memastikan bahwa kapal besar bernama Republik Indonesia tetap berlayar, bukan karam di tengah gelombang.

Kapal Republik harus tetap berlayar maju

Sejarah mencatat Sri Mulyani sebagai jangkar fiskal yang kokoh. Kini Purbaya diminta menata layar untuk membawa kapal lebih cepat berlayar. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved