Opini

Opini: Manajemen Pendidikan SD di NTT, Sensitif terhadap Konteks Lokal untuk Atasi Keterbatasan

Di tingkat lebih umum, strategi manajemen pendidikan berbasis kearifan lokal sudah diterapkan secara sistematis. 

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRIBADI HERYON MBUIK
Heryon Bernard Mbuik, S.Pak., M.Pd. 

Kepala sekolah dilatih sebagai instructional leader untuk memastikan kualitas pembelajaran.

b. Jangka Menengah (3–5 Tahun): Pemerataan distribusi guru dan peningkatan kapasitas mereka menjadi prioritas. 

Pemerintah daerah bersama pusat perlu memperkuat insentif guru di pelosok, menyediakan pelatihan berkelanjutan, serta membangun akses internet di wilayah terpencil. Program parenting dan literasi budaya diperluas ke tingkat kabupaten/kota.

c. Jangka Panjang (6–10 Tahun): Konsolidasi sistem pendidikan berbasis budaya dan komunitas. 

Kurikulum kontekstual dijadikan kebijakan permanen, kepala sekolah berperan sebagai motor inovasi, dan sekolah dasar menjadi pusat ekosistem literasi serta pendidikan karakter.

Pada tahap ini, diharapkan capaian literasi, numerasi, dan karakter siswa di NTT setara atau bahkan melampaui rata-rata nasional.

Kesimpulan

Model manajemen pendidikan dasar di Nusa Tenggara Timur (NTT) harus berpijak pada konteks lokal. 

Tantangan struktural seperti keterbatasan infrastruktur, distribusi guru, dan rendahnya capaian literasi hanya dapat diatasi melalui pendekatan yang integratif: kurikulum berbasis budaya lokal, penguatan pendidikan karakter melalui keteladanan, pelibatan komunitas sebagai mitra, serta kepemimpinan instruksional kepala sekolah sebagai penggerak utama.

Tren peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTT yang mencapai 69,14 pada tahun 2024 menunjukkan adanya ruang perbaikan yang nyata. 

Namun, agar transformasi pendidikan tidak berhenti pada perbaikan angka, diperlukan konsistensi kebijakan dan sinergi antara sekolah, komunitas, dan pemerintah daerah.

Dengan memanfaatkan potensi budaya dan sosial sebagai modal, serta memperkuat tata kelola berbasis partisipasi, pendidikan dasar di NTT berpeluang bergerak dari tahap bertahan (surviving) menuju berkembang secara bermakna (thriving). (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved