Opini
Opini: Bahaya Ekosida
Dalam dirinya, minimal defakto, Prof David Pandie sesungguhnya telah menjadi Profesor dan Mentor sudah sejak lama.
Fatalnya, kemampuan kognitif manusia justru digunakan sebagai mesin penghancur. Di sana, etika khas menjadi hiasan simbolis semata (IPBES, 2023). Anthropocene (yang didominasi manusia) bergeser ke thanatocene (zaman kematian ekologis) (Corlett, 2015).
Dua fenomena kehancuran ini bertemu di titik yang sama yakni dehumanisasi. Jika genosida menurunkan nilai kemanusiaan (human dignity), ekosida merusak relasi simbiotik manusia dengan alam.
Tiga Batu Tungku GPA
Sesungguhnya, Prof David Pandie menawarkan pendekatan baru kebijakan public dalam memahami alam; dari antroposentris ke biosentris.
Pendekatan yang menjadi kerangka konseptual dan epistemik untuk melawan dominasi paradigma lama kebijakan publik.
Kritik utama dan pertama tentu diarahkan kepada paradigma antroposentris. Paradigma antroposentris dikritisi secara vulgar sebagai mazhab yang menghancurkan tidak saja manusia tetapi terutama alam itu sendiri.
Menurut Prof David Pandie, kala antroposentris ditopang nilai kapitalisme maka keduanya dituntun oleh egoisme, materialisme, individualisme dan intelektualisme. Kekuatan menaklukan alam merupakan motif lahiriahnya.
Diperlukan solusi bijak agar manusia dapat segera keluar dari jebakan ekosida yang dibuatnya sendiri.
Beliau menyebut tiga batu tungku Green Public Administration/GPA, yakni kebijakan (mengarahkan), pemerintahan (Lembaga, alat dan mekanisme), dan kapasitas (keterampilan, pola piker, dan nilai).
Peran tiga elemen ini sangat penting dalam menjaga relasi manusia dengan alam.
GPA memposisikan kebijakan sebagai landasan utama yang menginternalisasikan batas ekologis dalam kerangka hukum.
Pilar pemerintahan menempatkan transformasi kelembagaan sebagai pilihan utama untuk menentukan batasan otoritas lingkungan dan elemen ekonomi.
Restrukturisasi kelembagaan integratif merupakan pekerjaan utama pilar kedua ini.
Selanjutnya, pilar ketiga GPA berfokus pada pembentukan kapasitas holistik yang mengelaborasi keterampilan teknis, pola pikir, dan nilai.
Literasi ekologi dapat dipakai sebagai inti pengembangan kapasitas bagi semua elemen. Yang dibahas di sana ialah jejak ekologis (ecological footprint) dan simulasi krisis iklim.
Di sudut yang lain, praksis nilai membutuhkan perubahan filosofis; mengganti pandangan alam sebagai objek menjadi subjek kolektif melalui pendidikan ekosentris.
Akhirnya, Prof David Pandie mengingatkan kita. Merusak alam adalah proyek destruktif untuk menghancurkan tidak saja alam tetapi juga manusia.
Dua elemen utama kehidupan bakal hancur berantakan. Bahaya ekosida ada di situ! (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.