Liputan Khusus
LIPSUS: TTS Kekurangan Alat Diagnosa TBC, Lonjakan Kasus Semakin Mengkhawatirkan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, dr. RA Karolina Tahun menjelaskan jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) meningkat dari Januari hingga Juli
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTU, Robertus Tjeunfin, data tersebut baru terangkum 30 persen dari total perkiraan 90 persen atau 725 kasus.
Baca juga: Dinas Kesehatan Ngada Terus Skrining TBC, Sudah 71 Kasus yang Ditangani
Dalam upaya menanggulangi kasus tersebut, langkah yang wajib ditempuh seperti screening (ditempat beresiko, orang dengan HIV/AIDS, Diabetes Melitus, gizi buruk, lansia), edukasi dan sosialisasi tentang penyakit TBC.
"Kita juga melakukan investigasi kontak pasien TBC tiga tahun terakhir dan menguatkan kerja sama dengan lintas sektor," ujarnya.
Sejauh ini, Dinas Kesehatan Kabupaten TTU telah melakukan sosialisasi bahaya penyakit TBC dan screening Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di 26 puskesmas di Kabupaten TTU.
Selain itu, mereka juga memberikan pengobatan kepada pasien sampai sembuh dan menginvestigasi kontak erat pasien TBC.
Ia menjelaskan, sejauh ini ketersediaan obat dan vaksin serta logistik belum memadai.Tersedia Cartridge 1400 yang bersumber dari dana alokasi khusus (DAK), Prop TBC sebanyak 250.
Obat tersebut tersedia di RSUD Kefamenanu dan Wini. Selain itu tersedia Pot Sputum 6135 dan Tuberkulin sebanyak 68 vial.
*Penguatan Desa Siaga
Pemerintah Kabupaten Belu melalui Dinas Kesehatan terus mengintensifkan langkah menuju eliminasi Tuberkulosis (TBC) dengan menggelar deteksi dini lewat program Active Case Finding (ACF) dan penguatan desa/kelurahan Siaga TBC.
Hingga Juni 2025, tercatat 209 kasus TBC di Kabupaten Belu. Angka ini baru memenuhi sekitar 25,6 persen dari target penemuan kasus tahun ini yang ditetapkan sebesar 817 kasus, sehingga masih terdapat kesenjangan sekitar 608 kasus atau 74,4 persen.
Kecamatan Kota Atambua mencatat kasus tertinggi (38 kasus), sementara Kecamatan Lamaknen terendah (3 kasus).
Pada 29 Juli 2025 lalu, sebanyak 100 warga Kelurahan Fatubenao menjalani pemeriksaan kontak erat penderita TBC menggunakan portable X-ray. Layanan ini dilengkapi dengan pemeriksaan gejala, pengambilan sampel dahak, dan edukasi tentang bahaya serta penanganan TBC.
Baca juga: LIPSUS: Ibunda Prada Lucky Berlutut Depan Pangdam IX Udayana Piek Budyakto
“TBC bukan penyakit kutukan, bukan guna-guna, dan bukan penyakit keturunan. Ini penyakit menular yang bisa disembuhkan jika dideteksi dini dan diobati tepat,” tegas Asisten Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Belu, Marsi Loe
Marsi Loe juga menyebutkan, ini adalah kali pertama layanan rontgen gratis dengan portable X-ray dilakukan langsung di tingkat kelurahan, dan Pemda berkomitmen memperluas jangkauan ke wilayah dengan beban kasus tinggi.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, dr. Elen Corputty menekankan pentingnya peran aktif masyarakat, tenaga kesehatan, dan perangkat desa dalam program ini.
Polda NTT Copot Kanit TTPO Terkait Dugaan Pelecehan Seksual |
![]() |
---|
Frids Wawo Lado dari NTT Ikut Pelatihan Juru Bicara Infrastruktur, Menko AHY Beri Apresiasi |
![]() |
---|
Kapolres di NTT Deklarasi Cegah TPPO, NTT Masuk 10 Besar Pengiriman PMI |
![]() |
---|
UCB Jadi Pusat Migran Center Nasional, Siapkan Tenaga Kerja Profesional ke Pasar Internasional |
![]() |
---|
Dilantik Jadi Guru Besar Undana, Prof. Petrus Kase: Momen Bahagia dan Membanggakan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.