Opini

Opini: Bencana Imitasi di Era Salinan 

Di zaman banjirnya informasi, segala sesuatu diterima secara refleks (spontan) tanpa melalui refleksi (penyaringan). 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI AGUSTINUS SASMITA
Agustinus S. Sasmita 

Baginya, berhala tersebut menghalangi seseorang untuk melihat dengan jernih sebuah objek atau kenyataan. 

Bacon merangkai empat jenis idola. Pertama, berhala massa atau yang disebut dengan idola bangsa (Idola Tribus). 

Jenis berhala ini bertitik tolak dari kenyataan yang banyak terjadi dalam kehidupan manusia. 

Berbagai prasangka yang dihasilkan dari pesona yang disodorkan pancaindera diterima dengan sukarela, meski itu cenderung menipu. 

Pada titik ini, seseorang mendasarkan penilaiannya pada perasaan dan menafsirkan setiap persepsi pada ide-ide subjektif. 

Ringkasnya, idola ini merupakan suatu bentuk penilaian yang terjadi secara spontan, seperti cermin memantulkan gambar dengan apa adanya. 

Kedua, prasangka inidividual atau idola gua (idola specus). Berhala ini timbul dari kenyataan paradigma berpikir manusia yang terbentuk dari latarbelakangnya. 

Konstruksi ini membelenggu seseorang, sehingga menganggap nilai yang dianutnya adalah benar dan bahkan memaksakan pihak lain untuk menerimanya. 

Artinya, segala bentuk pengalaman maupun minat pribadi menjadi basis utama dalam melihat dunia. Akibatnya, dunia objektif menjadi kabur.

Ketiga, berhala pasar (idola fora). Berhala ini merupakan gejala bahasa yang cenderung menipu. 

Terdapat dua hal dasar mengapa hal ini dapat terjadi, pertama, bahasa mengandung unsur ekuivalen atau memiliki makna ganda, sehingga bahasa dapat disalahartikan. 

Kedua, bahasa yang disampaikan secara persuasif membuat para pendengarnya menjadi mudah terpengaruh. 

Lebih dari itu, poin utama dalam idola ini ialah bentuk penerimaan terhadap kata-kata atau pendapat pihak lain tanpa melalui penilaian atau verifikasi kritis terlebih dahulu.

Keempat, berhala teater (idola theatra). Idola ini dinilai sebagai yang paling berbahaya namun sangat familiar. 

Setiap bentuk pemikiran mengkleim berkontribusi dalam membantu manusia memahami diri dan dunianya. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved