Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 18 Juli 2025, Kesombongan Rohani Para Farisi
Bahkan dengan terus terang Yesus katakan bahwa Ia lebih besar dari Bait Allah dan Tuhan atas hari Sabat.
Oleh : Pater Fransiskus Funan Banusu SVD
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik Jumat 18 Juli 2025 dari Pater Fransiskus Funan Banusu SVD merujuk pada Bacaan I: (Kel 11:10-12:14; Mzm 116:12-13.15-16ab.17-18; Mat 12:1-8).
"Sebab Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." (Mat 12:8).
Kritik para Farisi terhadap para murid Tuhan masuk akal karena hari Sabat itu diperintahkan langsung oleh Allah yang wajib dilaksanakan oleh orang Yahudi berkaitan dengan peristiwa kelam masa silam (perbudakan di Mesir) dan mengenang karya agung Allah atas mereka.
Mereka telah membentengi diri dengan kesombongan rohani maka apa pun kebenaran yang Yesus katakan tentang Diri-Nya sebagai Anak Allah, Mesias yang disertai mukjizat-mukjizat yang Ia adakan tidak cukup menolong untuk menembus kedegilan hati mereka untuk percaya.
Bahkan dengan terus terang Yesus katakan bahwa Ia lebih besar dari Bait Allah dan Tuhan atas hari Sabat.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 18 Juli 2025, Yang Kukehendaki ialah Belas Kasihan
Yesus menjelaskan isi Kitab Suci tentang Daud bersama para pengikutnya dan pelanggaran hukum Sabat oleh para imam dalam Bait Allah pun tidak membantu mereka untuk paham dan tetap bersikap keras menolak Yesus.
Malah mereka mencap Yesus sebagai pemberontak yang datang untuk merombak dan merusak serta meniadakan tradisi keberagamaan mereka.
Inilah efek dahsyat menganggap diri sebagai elite rohani sampai menolak Yesus sebagai Mesis terjanji yang mereka nantikan.
Karena kepongahan spiritual maka mata hati rohani mereka tertutup lalu mengharapkan mesias politis yang datang dengan kekuatan fisik penuh untuk membebaskan mereka dari perbudakan fisik dan bukan pembebasan rohani dari kuasa dosa yang membawa maut.
Para Farisi tidak meneladani leluhur mereka Musa dan Harun yang Allah panggil untuk membebaskan kaumnya di masa lampau dari perbudakan Firaun di Mesir.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 18 Juli 2025, Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat
Karena taat pada Allah dan rendah hati maka Allah pakai mereka untuk melakukan mukjizat di hadapan Firaun. Mukjizat demi mukjizat kedua tokoh besar itu buat, namun tidak berhasil menundukkan hati Firaun untuk melepaskan Israel keluar dari Mesir.
Maka Allah sendiri turun tangan untuk melumpuhkan bangsa Mesir dengan hukuman besar membunuh anak sulung baik anak manusia maupun anak hewan bangsa Mesir.
Orang Ibrani lolos dari hukuman karena darah anak domba yang sembelih untuk makan paskah keluarga dan yang darah domba itu dioleskan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas rumah tempat orang makan anak domba itu (Kel 12:7).
Karena kasih Tuhan begitu besar bagi umat-Nya yang setia dan rendah hati, maka pemazmur memuji-Nya dalam madahnya, "Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan." (Mzm 116:12-13).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.