Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 18 Juli 2025, Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat

Dalam bacaan pertama dari kitab Keluaran 11:10-12:14, kita membaca tentang persiapan Paskah pertama di Mesir

Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO
RENUNGAN KATOLIK- Bruder Pio Hayon SVD menulis Renungan Harian Katolik untuk Hari Jumat 18 Juli 2025 

Oleh : Bruder Pio Hayon SVD

POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik Jumat 18 Juli 2025 Pekan Biasa XV dari Bruder Pio Hayon SVD merujuk pada Bacaan I: Kel.  11: 10-12: 14 dan Injil:  Mat. 12: 1-8

Saudari/a terkasih dalam Kristus

Salam sejahtera untuk kita semua. Permenungan kita terfokus pada bacaan hari ini, di mana kita dihadapkan pada dua peristiwa penting yang menyoroti tema tentang otoritas dan kebebasan. 

Tema "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat" mengajak kita untuk merenungkan makna sejati dari hukum dan bagaimana Yesus datang untuk memenuhi dan melampaui hukum itu dengan kasih dan kebebasan. 

Dalam bacaan pertama dari kitab Keluaran 11:10-12:14, kita membaca tentang persiapan Paskah pertama di Mesir. 

Tuhan memberikan petunjuk kepada Musa dan Harun tentang bagaimana bangsa Israel harus mempersiapkan diri untuk malam Paskah, yaitu dengan menyembelih anak domba, mengambil darahnya dan membubuhnya pada kedua tiang pintu dan ambang atas rumah. 

Baca juga: Renungan Harian Katolik: AKU Akan Memberikan Kelegaan Padamu

Malam itu adalah malam pembebasan bagi bangsa Israel, di mana Tuhan akan melewati tanah Mesir dan membunuh semua anak sulung, baik manusia maupun hewan. 

Darah pada pintu menjadi tanda perlindungan bagi bangsa Israel. Peristiwa ini mengingatkan kita akan kuasa Allah untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan dan memberikan mereka kehidupan baru. 

Sedangkan dari Injil Matius 12:1-8, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan melewati ladang gandum pada hari Sabat. Murid-murid-Nya lapar dan mulai memetik gandum dan memakannya. 

Orang-orang Farisi melihat hal itu dan menegur Yesus karena murid-murid-Nya melanggar hukum Sabat.

Yesus menjawab mereka dengan mengutip contoh Daud yang makan roti sajian ketika ia dan pengikut-pengikutnya lapar, serta tugas para imam di Bait Allah yang melanggar hukum Sabat, namun tidak bersalah. 

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Datanglah Pada-Nya Sebab Ia Lemah Lembut

Yesus kemudian menyatakan, "Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. 

Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." Yesus tidak menghapus hukum Sabat, tetapi Ia menunjukkan bahwa hukum itu harus dipahami dalam konteks kasih dan belas kasihan. 

Tujuan hukum adalah untuk melayani manusia, bukan sebaliknya. Yesus, sebagai Tuhan atas hari Sabat, memiliki otoritas untuk menafsirkan hukum dan menunjukkan makna sejatinya. Ia datang untuk memenuhi hukum Taurat, bukan untuk meniadakannya .

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved