Opini

Opini: Menafsirkan Dunia lewat Bahasa Fisika

Dalam fisika, satuan seperti meter, detik, atau joule menjadi jembatan antara fenomena alam dan pemahaman manusia.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Yoseph Yoneta Motong Wuwur 

Termodinamika menyuguhkan kisah tentang energi dan keteraturan. Hukum pertamanya tegas: energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan. Ia hanya bisa berubah bentuk—dari panas menjadi kerja, dari listrik menjadi cahaya.

Namun, hukum kedua membawa nada muram: entropi—tingkat ketidakteraturan dalam sistem tertutup—selalu meningkat. Ini berarti bahwa energi berguna akan selalu menyusut dengan waktu. Mesin tak akan pernah 100 persen efisien.

Entropi juga menjadi dasar fisika untuk memahami arah waktu. Sementara hukum-hukum lain bersifat reversibel, hukum kedua termodinamika memberi waktu arah: dari keteraturan menuju kekacauan.

Bahasa ini tidak hanya penting dalam teknik, tetapi juga dalam memahami batas alam. Kalor, suhu, dan kerja menjadi kata-kata penting dalam dialog fisika tentang bagaimana kita menggunakan dan kehilangan energi.

Gelombang dan Getaran

Semesta berbicara dalam gelombang. Dari suara manusia hingga cahaya bintang, semua bergerak dalam pola gelombang yang bisa dihitung dan dianalisis. Panjang gelombang, frekuensi, dan amplitudo adalah cara kita memahami irama ini.

Fenomena seperti interferensi dan resonansi menambah kompleksitas. Dua gelombang bisa saling memperkuat atau meniadakan satu sama lain. 

Ini bukan hanya terjadi di laboratorium, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari—seperti dalam akustik konser atau desain jembatan.

Spektrum elektromagnetik mengajarkan bahwa cahaya tampak hanyalah sebagian kecil dari pesan-pesan gelombang yang semesta pancarkan. Dari gelombang radio hingga sinar gamma, semua adalah bentuk energi dalam ritme berbeda.

Fisika gelombang adalah bahasa tentang getaran. Ia memberi struktur pada segala hal: dari suara, cahaya, hingga materi.

Kosmologi

Kosmologi adalah cabang fisika yang paling mendekati sastra. Ia berbicara tentang asal-usul semesta dan ke mana semua ini menuju. 

Model Big Bang mengatakan bahwa segalanya bermula dari satu titik kecil yang sangat padat dan panas.

Latar belakang gelombang mikro kosmis adalah gema dari momen kelahiran itu. Ia menjadi bukti nyata dari teori yang dulu dianggap spekulatif. Tetapi fisika modern tidak berhenti di situ.

Penemuan materi gelap dan energi gelap menambah babak baru dalam narasi. Kita sadar bahwa 95 persen semesta terdiri dari sesuatu yang belum kita pahami sepenuhnya. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved