Opini

Opini: Meja Terhormat, Kursi Pesisir dan Iman yang Gagap

Ini pembalikan total tata sosial yang menuhankan gengsi. Kerajaan Allah yang Yesus tawarkan justru menjungkirbalikkan meja kuasa.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRIBADI
John Mozes Hendrik Wadu Neru 

Sementara itu di pesisir, ekosistem laut yang dulu memberi makan kini perlahan hilang: pasir diangkut, garis pantai retak, biota terganggu. 

Kita seperti lupa kata Moltmann dalam God in Creation, bahwa bumi bukan sekadar latar manusia berdiri — tetapi juga partner dalam keselamatan. Jika laut terluka, iman kita pun compang-camping.

Dari Habermas ke Facebook: ruang publik yang kehilangan nalar

Jürgen Habermas pernah bermimpi soal Öffentlichkeit — ruang diskursus publik yang rasional, egaliter, di mana warga membicarakan bonum commune (kebaikan bersama). 

Ia membayangkan warung kopi, balai desa, atau forum daring tempat rakyat menimbang ide, bukan hanya mengekspresikan kebencian.

Sayang, ruang publik kita justru makin jauh dari itu. Facebook, grup WhatsApp, TikTok kita penuh dengan meme nyinyir, fitnah politik, akun anonim yang hanya piawai mem-bully. Diskursus publik dirampas algoritma. 

Kita tak lagi serius bicara tentang APBD, kualitas pendidikan, atau kerusakan pantai. Yang viral justru video ejekan, yang trending justru rumor tak jelas.

Dalam bahasa Foucault, kuasa hari ini bekerja bukan lagi lewat palu hakim, tapi melalui wacana — menentukan topik apa yang layak viral dan siapa yang layak didengar. 

Jadilah kita sibuk debat perkara remeh, sementara kursi-kursi prōtoklisia tetap ditempati yang itu-itu juga, nyaman mengatur proyek dan tender.

Gereja dan meja makan: berani memanggil yang tak terpanggil Yesus tidak anti makan bersama. 

Justru Dia gemar makan dengan pemungut cukai, perempuan yang dipandang rendah, orang cacat sosial. Gereja mestinya meneladan pola makan ini. 

Di Sabu Raijua kita sering lihat pejabat duduk di kursi paling depan saat ibadah-ibadah raya. 

Kita hormati mereka, tentu saja. Tapi gereja tidak boleh berhenti pada sopan santun. 

Gereja adalah tempat di mana meja makan Kristus justru terbuka untuk siapa saja — terutama mereka yang tidak terpanggil ke pesta birokrasi.

Kerendahan hati dalam Injil tidak hanya etika personal. Ini adalah gerakan sosial, struktur baru, di mana orang kecil akhirnya dapat ruang hidup. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved