Opini
Opini: Memberantas Korupsi Melalui Pendidikan Sejak Usia Dini
Jika manusia tidak menggunakan akal budinya dengan baik, maka dia sejatinya adalah sungguh-sungguh binatang.
Oleh: Yohanes Mau
Staf Penggajar di SMAK St. Josef Freinademetz Tambolaka, Sumba Barat Daya - Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM - Korupsi selalu saja menjadi bahan obrolan laris di kalangan masyarakat. Dikatakan demikian karena ini permasalahan yang sangat serius.
Orang merasa nyaman dengan tindakan menipu, dan mengambil barang milik orang lain dan digunakan untuk menjaga keberlangsungan hidupnya.
Tindakan ini tidak terpuji dan melanggar norma hukum adat, hukum negara, dan hukum agama.
Di sini terlihat jelas manusia bertindak seperti binatang yang tidak berakal budi.
Akal dan budinya sudah sama sekali tidak bekerja. Maka benarlah apa yang diungkapkan oleh Aristoteles bahwa manusia adalah binatang yang berakal budi.
Jika manusia tidak menggunakan akal budinya dengan baik, maka dia sejatinya adalah sungguh-sungguh binatang.
Inilah realitas suram wajah Indonesia saat ini. Korupsi dilihatnya sebagai cara untuk mengais rejeki tanpa beban moral.
Saya menganalisa tindakan korupsi terjadi hari ini karena warisan turun- temurun oleh generasi pendahulu sebelum Indonesia merdeka.
Negara Indonesia tidak maju secara signifikan dalam berbagai bidang kehidupan karena disebabkan oleh maraknya korupsi di semua lini bidang
kehidupan.
Singkatnya korupsi itu sebagai tidakan kebiasaan untuk mendapatkan keuntungan dalam mempertahankan hidup. Lazim disebut juga sebagai “way of life”.
Beberapa faktor yang menyebabkan korupsi di Indonesia tetap merajalela sedari nenek moyang hingga detik ini dikarenakan oleh faktor kepribadian, budaya dan adat, ekonomi dan politik.
Faktor kepribadian, dapat diketahui bahwa pribadi melakukan korupsi karena adanya sikap keserakahan. Pribadi serakah ini berawal dari dalam personal sebagai akar dari persoalan.
Pribadi yang materialistik sangat bergantung pada materi. Menomorsatukan materi sebagai segalanya dalam keseluruhan aktivitas hidupnya. Artinya orang melihat materi sebagai segalanya dalam hidup.
Hal ini yang mendorong pribadi untuk menjadi koruptor. Banyaknya tawaran
kebutuhan pribadi yang lux atau parlente yang tidak sesuai dengan penghasilannya maka mau tidak mau korupsi adalah jalan pintas yang harus dilalui.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.