Opini

Opini: Bullying Merupakan Ancaman Nyata Bagi Masa Depan Anak Bangsa

Padahal, bullying bukan candaan. Ia adalah luka yang dalam, yang diam-diam menggerogoti masa depan anak-anak bangsa.

|
Editor: Dion DB Putra
FREEPIK.COM
ILUSTRASI 

Luka yang Tak Terlihat

Yang paling menyedihkan dari perundungan adalah luka yang tidak kasatmata. Luka fisik mungkin bisa sembuh dalam waktu beberapa hari. 

Namun, luka psikologis dapat tertanam dalam jiwa korban selama bertahun-tahun. 

Anak yang mengalami bullying sering kehilangan rasa percaya diri, mengalami depresi, bahkan pada beberapa kasus mengalami trauma jangka panjang.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, korban bullying berpotensi mengalami gangguan kecemasan dan depresi yang berpengaruh pada perkembangan sosial emosionalnya, seperti menjadi murung, pendiam, dan emosi tidak terkontrol.

Ketika Sekolah Gagal Melindungi

Sekolah seharusnya menjadi rumah kedua yang aman, nyaman, dan membangun. Namun, bagaimana jika justru di sanalah anak-anak merasa paling terancam? 

Banyak sekolah yang masih belum memiliki sistem pengawasan dan pelaporan kasus bullying yang efektif. 

Bahkan, tidak sedikit pihak sekolah yang berusaha menutupi kasus demi menjaga nama baik institusi.

Sikap semacam ini sangat disayangkan. Ketika sekolah lebih mementingkan reputasi daripada keselamatan anak, maka fungsi pendidikan sebagai pembentuk karakter dan pelindung tumbuh kembang anak pun gagal total.

Di sisi lain, guru yang seharusnya menjadi pembimbing justru kadang tidak menyadari atau bahkan ikut melanggengkan budaya perundungan, misalnya dengan memberikan label negatif, mempermalukan siswa di depan kelas, atau membiarkan kekerasan antar teman seolah-olah hal biasa.

Mengapa Kita Harus Peduli?

Pertanyaan ini mungkin muncul: “Bukankah semua orang pernah di-bully dan tetap bisa bertahan hidup?” 

Pernyataan ini tampak sederhana, tapi sangat keliru dan berbahaya. 

Tidak semua orang memiliki ketahanan mental yang sama. Apa yang bisa dianggap ‘biasa’ bagi satu orang, bisa menjadi beban besar bagi orang lain.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved