Lewotobi Erupsi

Kakek Stefanus Nekat Pulang Kampung di Lokasi Erupsi Lewotobi Demi Sesuap Nasi

Kakek 70 tahun itu duduk seorang diri di pertigaan jalan di Dusun Goliriang, Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT

POS KUPANG/PAUL KABELEN 
PENYINTAS - Seorang penyintas, Stefanus Renggo Ama, diberi tumpangan saat pulang dari rumahnya di Desa Klatanlo ke Desa Lewolaga, tempatnya mengungsi dari bahaya erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Jumat (20/6). 

Laporan reporter PO-SKUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Kakek 70 tahun itu duduk seorang diri di pertigaan jalan di Dusun Goliriang, Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT. Lokasi itu berada dekat dengan Gunung Lewotobi Laki-laki. 

Dia melambaikan tangan, meminta tumpangan kepada kami yang saat itu mengendarai sebuah mobil pikap dan lewat ditempatnya itu. Di sisinya ada empat karung berisi daging kelapa, singkong, dan pisang. 

Kakek bernama lengkap Stefanus Renggo Ama itu nekat pulang ke rumah yang berada di kaki Gunung Lewotobi demi mengambil sisa-sisa harta pasca dilanda lontaran material setinggi 10 kilometer.

Baca juga: FEATURE: Festival Uwi Kaju di Ende, Uta Damba, Makanan Tradisional Suku Lio 

 

Stefanus Renggo Ama menunggu tumpangan untuk pulang ke pengungsian Desa Lewolaga, Kecamatan Titehena. Kebetulan lewat, kami memberinya tumpangan. Badannya dilumuri debu vulkanik gunung berstatus Level IV (Awas).

Meski keselamatan nyawa sangat terancam bahaya letusan, kekhawatiranya sirnah demi hidup keluarganya. Uang hasil menjual komoditi untuk membeli beras, lauk, dan biaya anak sekolah.

"Ke kebun hanya cepat-cepat, ambil pisang, kelapa, dan ubi lalu bawa ke pengungsian. Kami cari makan, pak. Bantuan sudah jarang bahkan tidak ada sama sekali," ujar Stefanus Renggo Ama.

Setiap kali ke kampungnya, Stefanus Renggo Ama merogoh kocek sebesar Rp 40.000 untuk ongkos taksi antar pedesaan. Jika beruntung, Stefanus diberikan tumpangan gratis dari pengendara yang melintas.

"Terima kasih banyak, pak. Kadang kala saya tunggu sampai sore," tutur Stefanus Renggo Ama.

Baca juga: FEATURE: Menghidupkan Ruang Bersama di Film Festival 2025 Bioskop Pasiar Putar Film Gratis 

Stefanus Renggo Ama sudah melihat ancaman Wakil Bupati Ignas Boli Uran yang berang dengan penyintas yang keras kepala karena nekat pulang ke zona bahaya erupsi.

Baginya, penyintas tidak pernah melawan pemerintah. Mereka pulang bukan tanpa alasan. "Mau tidak mau harus tabrak bahaya pak, kalau tidak kami makan apa di sana," pungkas Stefanus Renggo Ama.

Stefanus Renggo Ama tak terlalu menyoalkan ancaman itu, namun ia berharap pemimpin bisa lebih teduh membangun narasi di ruang publik.

WARGA BERHAMBURAN - Warga di Desa Talibura Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka panik dan lari berhamburan ke jalan Trans Flores Maumere -Larantuka pasca erupsi gunung Lewotobi Laki-laki, Selasa (17/6/2025).
WARGA BERHAMBURAN - Warga di Desa Talibura Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka panik dan lari berhamburan ke jalan Trans Flores Maumere -Larantuka pasca erupsi gunung Lewotobi Laki-laki, Selasa (17/6/2025). (POS-KUPANG.COM/ARNOLD WELIANTO)

Selain Stefanus Renggo Ama, terpantau sejumlah penyintas yang berkebun dari pagi hingga siang.

Mereka memetik sayur dan membawa kayu bakar. Saat pulang ke posko pengungsian, pengungsi lebih banyak menumpang taksi dan pickup.

Baca juga: Kemensos dan Brimob NTT Buka Dapur Umum di Posko Lewotobi Laki-laki

Gunung Lewotobi Laki-laki terus mengalami erupsi disertai sejumlah aktivitas kegempaan. Gunung strato volkano dengan ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut itu meletus dahsyat pada Selasa, 17 Juni 2025.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved