Breaking News

Lewotobi Erupsi

Ada Sumur Bor, Pengungsi Lewotobi di Flores Timur Masih Krisis Air Bersih

Jika tak punya uang, penyintas harus berjalan kaki ratusan meter, membawa jeriken ke titik sumur bor kecil untuk mengantre air.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
AIR BERSIH - Penyintas korban erupsi Gunung Lewotobi sedang menadah air di Huntara III, Desa Konga, Kecamaatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT, Jumat (24/10/25) 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Banyak penyintas bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, NTT, mengalami krisis air bersih meski di sana tersedia sumur bor oleh pemerintah.

Misalnya Hunian Sementara (Huntara) III, lokasi pengungsian terpusat di Desa Konga, Kecamatan Titehena, Jumat (24/10/25) siang, puluhan penyintas berebutan air bersih di satu sumur bor.

Pengungsian ini sebenarnya tersedia dua unit sumur bor, namun satu titik pada bagian atas belum difungsikan secara maksimal, sehingga pemanfaatan air menjadi tak teratur.

Data yang dihimpun, Huntara III menampung 829 penyintas asal Desa Hokeng Jaya dan 791 dari Desa Nawokote. Selama tiga hari terakhir, sebagian besar dari penyintas sulit memasak, mandi, dan cuci. Penderitaan semakin terasa ketika ke toilet untuk buang air besar (BAB).

Pekerja Huntara III sudah memasang jaringan pipa dengan sumber air utama dari sumur bor, namun hingga kini kebanyakan rumah belum dialiri setetes air.

Kepala Desa Hokeng Jaya, Gabriel Bala Namang, mengatakan warganya terpaksa membeli air bersih Rp 15.000-Rp 20.000 per drum dari mobil pikap.

Jika tak punya uang, penyintas harus berjalan kaki ratusan meter, membawa jeriken ke titik sumur bor kecil untuk mengantre air.

Baca juga: Biaya Pemulihan Erupsi Lewotobi Capai Rp150 M, Donor ‘Hilang’ Setelah Tanggap Darurat

Demi air, warga seringkali bergesekkan. Insiden seperti ini harus cepat dicarikan solusi agar tak terjadi konflik antar sesama penyintas.

Ia menuturan, jaringan pipa sudah terpasang lengkap dengan tandon atau penampungnya, namun penggunaan air dari sumur bor masih sebatas buka-tutup.

Lantaran belum diatur secara maksimal,  pendistribusian air ke setiap hunian menjadi tak merata bahkan lebih sering habis terpakai.

"Sudah tiga hari ini tidak lancar. Yang saya amati, ketika buka dari atas (sumur bor) untuk masuk ke tandon-tandon, itu perlu pengaturan secara teratur," katanya. 

Pemerintah desa tidak diberikan kewenangan untuk melakukan pengaturan dan pengawasan. 

"Yang urus ini masih di orang BNPB yang ditugaskan ke pekerja di sini," pungkasnya.

Kepala Pelaksana BPBD Flores Timur, Fredy Moat Aeng, yang sedang berada di Jakarta, berjanji mengatasi urusan air untuk penyintas bencana Lewotobi Laki-laki.

"Nanti kita akan tata kembali supaya mereka tidak rebutan air. Saya sudah memikirkan ini, sehingga diusahakan untuk ganti profil tank yang lebih besar," ujarnya. (cbl)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved