Liputan Khusus
LIPSUS: Jai Massal Pecahkan Rekor MURI Unwira Kupang Raih Dua Rekor
Unwira menyelenggarakan dua pertunjukan akbar yang berhasil mencatatkan rekor di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025, Dies Natalis Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, serta peluncuran buku Tafsir Filsafat Pancasila, Unwira menyelenggarakan dua pertunjukan akbar yang berhasil mencatatkan rekor di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Kegiatan ini mengusung tema "Unwira Merawat Nasionalisme Berasas Pancasila Melalui Nyanyi dan Tari" dan dilaksanakan di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT, Sabtu (14/6)
Hadir dalam kegiatan tersebut, Rektor Unwira, Pater Philipus Tule, SVD, bersama jajaran civitas akademika, unsur Forkopimda NTT, para imam, dan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama. Juga Yusuf Nabri, Direktur Operasional Rekor MURI, yang memberikan apresiasi langsung atas penyelenggaraan kegiatan monumental ini.
Acara ja’i massa ini dibuka Kanisius Mau, Plt. Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Pemprov NTT, mewakili Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena.
Baca juga: 100 Anggota WKRI Ramaikan Paduan Suara Massal Unwira Kupang
Salah satu acara utama adalah Paduan Suara Massal Lagu Nasional "Tanah Tumpah Darahku" karya C. Simanjuntak yang diaransemen dalam 15 variasi oleh Maestro Musik Indonesia asal NTT, Petrus Riki Tukan, yang juga komponis Unwira Kupang.
Sebanyak 2.000 peserta dari kalangan mahasiswa Unwira, pelajar SMA/SMK, OMK, THS/THM, dan WKRI berpartisipasi dengan formasi artistik berbentuk Garuda.
Dengan balutan pakaian putih-hitam dan selendang, para peserta menyanyikan lagu secara serempak, membuktikan semangat nasionalisme melalui harmoni suara.
Kegiatan kedua adalah Tarian Ja'i Massal yang melibatkan hingga 5.000 orang peserta, termasuk civitas akademika Unwira, pelajar, komunitas keagamaan lintas iman (OMK, THS/THM, Pemuda GMIT, Remaja Masjid), WKRI, serta 1.380 orang CPNS Pemprov NTT.

Gerakan kolektif dalam tarian tradisional ini mencerminkan semangat gotong-royong dan persatuan dalam kebhinekaan.
Viktor Manek, Ketua Panitia, dalam laporannya menjelaskan, seluruh kegiatan ini bertujuan tidak hanya sekadar mencatatkan rekor, melainkan juga menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada generasi muda melalui ekspresi seni dan budaya.
Tak hanya pertunjukan, kata Viktor Manek, kegiatan ini juga dirangkai dengan peluncuran buku Tafsir Filsafat Pancasila sebuah hasil telaah hermeneutis terhadap surat-surat dan toneel Presiden Soekarno semasa pengasingannya di Ende.
Peluncuran buku ini melibatkan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Jakarta dan akademisi dari NTT sebagai bentuk refleksi intelektual atas nilai-nilai luhur Pancasila.
Pantauan Pos Kupang, sejak pukul 06.00 Wita, para peserta paduan suara dan panitia sudah mulai berdatangan ke alun-alun rumah jabatan Gubernur NTT.
Para peserta menggunakan atasan kaos berwarna putih dengan bawahan berwarna gelap disertai kain selendang adat motif dari berbagai daerah yang ada di NTT.
Para peserta paduan suara merupakan mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira Kupang dari berbagai jurusan yang berbeda, mahasiswa Universitas Muhamadiyah, kelompok kategorial seperti Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Orang Muda Katolik (OMK) juga terlibat.
Sebelum memulai pertunjukkan akbar, para peserta melakukan gladi untuk memastikan titik posisi untuk logo burung garuda.
Dua Rekor MURI
Usai menggelar dua kegiatan akbar tersebut, Unwira berhasil meraih dua penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), yakni untuk pelaksanaan Tarian Ja'i Massal dan Paduan Suara Akbar.
Momen penampilan paduan suara akbar yang menyanyikan lagu nasional "Tanah Tumpah Darahku" ciptaan C. Simanjuntak, yang diaransemen dalam 15 variasi musik oleh dosen dan komponis Unwira, Drs. Petrus Riki Tukan.
Rektor Unwira Kupang, Pater Philipus Tule, SVD, menyampaikan bahwa capaian tersebut bukan hanya menjadi kebanggaan institusi, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian dan pewarisan nilai-nilai luhur bangsa.
Baca juga: Unwira Kupang Gelar Seminar Internasional Bahas Perdagangan Orang dalam Perspektif HAM
"Semoga apa yang kita lakukan ini dalam pencapaian Rekor MURI dan peluncuran buku, menjadi warisan nilai-nilai Pancasila dan budaya NTT bagi generasi muda NTT maupun Indonesia," ujar Pater Philipus Tule.
Pater Philipus Tule menilai lagu tersebut memiliki makna yang mendalam tentang perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa.
"Tanah Tumpah Daraku adalah sebuah lagu yang mengungkapkan imbauan semangat bagi semua warga Indonesia, terutama generasi muda, supaya selalu setia mengingat dan mengenang jasa pahlawan," ungkap Pater Philipus Tule.

Selain paduan suara, tarian Ja'i massal juga menjadi sorotan utama. Kegiatan ini melibatkan ribuan peserta dan menggambarkan kekayaan budaya Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terus dijaga dan dirayakan bersama.
Ketua Yayasan Pendidikan Katolik Arnoldus (YAPENKAR), Pater Dr. Ubaldus Djonda, SVD, turut menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya capaian tersebut.
Pater Dr. Ubaldus Djonda menegaskan, kegiatan tersebut bukan sekadar seni pertunjukan, tetapi sarana efektif untuk membangun semangat nasionalisme.
"Kegiatan ini membangun nasionalisme melalui lagu dan tarian. Dan semua ini bisa mengeratkan kebersamaan seluruh civitas akademika Unwira bersama masyarakat," kata Pater Dr. Ubaldus Djonda.
Mewakili yayasan, Pater Dr. Ubaldus Djonda menyatakan dukungan penuh terhadap setiap upaya Unwira dalam mengembangkan potensi mahasiswa dan memperkuat jati diri kebangsaan.
100 Anggota WKRI
Sementara itu, sebanyak 100 anggota Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) dari 9 Dewan Pengurus Cabang (DPC) di Kota Kupang turut ambil bagian dalam paduan suara dan Tarian Ja’I Massal.
Ketua DPD WKRI NTT, Yosefina Seran Gheta, menyampaikan kebanggaannya atas partisipasi WKRI dalam dua kegiatan besar yang digelar serentak, yaitu paduan suara massal dan tarian ja'i massal yang bertujuan memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
"Kami 100 orang turut meramaikan dua kegiatan besar ini. 100 orang ini adalah perwakilan dari 9 DPC WKRI di Kota Kupang," ujar Yosefina Seran Gheta.
Baca juga: Mahasiswa FISIP Unwira Sosialisasi Peningkatan Kapasitas Karang Taruna di Desa Olaia
Dalam kegiatan tersebut, WKRI NTT terlibat dalam penampilan paduan suara massal yang membawakan lagu
"Tanah Tumpah Darahku". Para anggota WKRI tampil dalam kelompok suara sopran, menyumbangkan suara mereka demi kesuksesan acara akbar tersebut.
Yosefina Seran Gheta menegaskan, WKRI NTT memberikan dukungan penuh terhadap upaya pencatatan rekor MURI yang diinisiasi Unwira Kupang sebagai bagian dari pelestarian dan promosi budaya NTT.
"Kami berharap kegiatan pencatatan rekor MURI ini dapat menjadi ajang untuk mempromosikan budaya NTT ke tingkat nasional bahkan internasional," tambah Yosefina Seran Gheta. (ria/rey/moa)
Dirigen dari Kursi Roda
Perjuangan panjang yang dirindukan Petrus Riki Tukan berbuah manis saat terlaksananya pemecahan rekor MURI lagu Tanah Tumpah Darahku ciptaan C. Simanjuntak yang diarasemen dengan 15 variasi oleh dirinya.
Petrus Riki Tukan, komposer handal NTT ini hadir secara langsung di Alun-alun rumah jabatan Gubernur NTT, Sabtu (14/6).
Menggunakan jas dengan motif adat NTT, baju kemeja putih dan celana kain berwarna hitam dan menggunakan kursi roda, Petrus Riki Tukan tetap tersenyum saat menuju tempat yang sudah ditentukan.
Saat itu, beberapa anggota panitia yang merupakan lulusan pendidikan musik Unwira dan sangat mengenanya menitikan air mata.
Dirigen orkestra musik Stanis Sanga Tolan berjalan menuju Petrus Riki Tukan untuk memberi hormat dan meminta izin untuk dimulainya pementasan.
Untuk bagian awal dari lagu Tanah Tumpah Darahku, Petrus Riki Tukan bertugas sebagai dirigen. Meskipun aktifitasnya terbatas karena usianya namun semangat menganyun tongkat dirigen masih terus ada.
Kedua tangannya begitu lihai dan lentur saat menganyun diiringi musik orkestra dari alat musik biola serta band pengiring.
Usai menjalankan tugasnya, Petrus Riki Tukan memperhatikan semua anggota paduan suara dengan seksama hingga selesai.
Kepada Pos Kupang, Petrus Riki Tukan yang merupakan pendiri program studi sendratasik Unwira atau yang dikenal kini dengan pendidikan musik menceritakan bagaimana perjalanan ia melakukan arassemen 15 varian dari lagu nasionalisme ini.
Dikatakan, lagu Tanah Tumpah Darahku karya Cornel Simanjuntak ini di arassemen di tahun 2015 terinspirasi dari karya-karya komposer terkenal Wolfgang Amadeus Mozart terutama dari karya twinkle twinkle little star dengan versi piano dalam 12 variasi.
"Mozart buat 12 variasi untuk satu lagu. Saya pikir, kalau dia bisa buat dua belas variasi, mengapa saya tidak bisa lebih? Maka saya buat 15 variasi untuk lagu Tanah Tumpah Darahku. Di Indonesia punya banyak lagu-lagu yang bagus, kenapa kita membuat variasi seperti musikus pada zaman dahulu? Kita pun bisa dan saya mencoba untuk membuat untuk paduan suara dengan versi 15 variasi," ujar Petrus Riki Tukan.
Menurut Petrus Riki Tukan, tiga variasi awal lagu Tanah Tumpah Darahku dengan model homofon atau lagu yang dinyanyikan secara sederhana dan familiar. Varian empat hingga sebelas dengan model polifon yang berarti banyak suara dan warna suara satu dengan yang lain saling kejar-kejaran.
Sisanya, varian dua belas hingga lima belas dinamakan polifon plus yang menjadi puncak dari lagu tersebut, di mana ada melodi tambahan dari warna tenor.

Pada pelaksanaanya pertunjukkan akbar tersebut, ketika menyanyikan lagu Tanah Tumpah Darahku, dibeberapa varian terutama varian empat hingga terakhir terdapat gerakan tambahan yang dibawakan anggota paduan suara dengan menggerakkan tangan yang memegang warna kertas putih maupun emas sambil diangkat ke atas atau diayunkan.
Ide dari pertunjukkan akbar menyanyikan 15 varian lagu Tanah Tumpah Darahku ini juga berawal dari ide dan keinginan Petrus Riki Tukan yang didukung alumni Unwira yang juga merupakan anak didiknya serta didukung pihak kampus Unwira terutama dari Rektor Unwira Pater Philipus Tulle.
Pertunjukan akbar dan pemecahan rekor Muri ini juga merupakan persembahan dari Petrus Riki Tukan kepada Universitas Katolik Widya Mandira yang sempat tertunda dalam waktu cukup lama karena keterbatasan waktu untuk melaksanakan pertunjukkan tersebut.
Petrus Riki Tukan menyampaikan kelegaan seusai penampilan lagu tersebut berhasil dan mendapatkan rekor MURI.

"Seperti saya katakan akan berhasil kan? Akhirnya berhasil. Saya senang sekali dan lega sekali, saya taruh nilai 70, 70 itu artinya sudah hebat," kata Petrus Riki Tukan sambil tertawa.
Petrus Riki Tukan berharap, hal ini dapat memotivasi para dosen muda agar bisa melakukan sama seperti yang ia lakukan dengan melakukan arrasemen lagu bukan hanya satu varian.
"Semoga ini menjadi contoh untuk para dosen muda dan anak musik untuk ikut apa yang saya buat. Jangan hanya satu arassemen saja. Jangan hanya berhenti pada versi sederhana saja dan ditambah dengan modulasi," kata Petrus Riki Tukan.
Lebih lanjut, Petrus Riki Tukan menjelaskan pemilihan lagu "Tanah Tumpah Darahku" didasari oleh nilai-nilai luhur yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.
"Lagu ini mengingatkan kita pada Ibu Pertiwi. Kepada Ibu Pertiwi, kita harus sanjung dan mengabdi. Karena dia telah mengandung dan membesarkan kita, maka kita harus setia padanya," ungkap Petrus Riki Tukan.
Karya monumental ini diapresiasi secara nasional melalui penghargaan piagam dari Direktur Operasional Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Petrus Riki Tukan pun tercatat sebagai komposer yang mengaransemen lagu nasional dengan jumlah variasi terbanyak dalam sejarah. (rey/ria)
Apresiasi Tarian Ja'i Massal
Kapolresta Kupang Kota Kombes Pol. Aldinan R.J.H Manurung, S.H., S.I.K., M.Si, memberikan apresiasi pertunjukan akbar yang berhasil mencatatkan rekor di Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
"Ini hal yang baik. Kita dapat menunjukan kepada orang di luar NTT bahwa di NTT sendiri memiliki banyak budaya yang beragam," kata Aldinan, Sabtu (14/6) di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT.
Menurut Aldinan, kegiatan tersebut sebagai wujud nyata menjaga tali silaturahmi dan rasa keakraban diantara berbagai elemen masyarakat di Kota Kupang.
“Melalui kegiatan ini, berbagai elemen masyarakat bisa saling bersilatuhami sehingga terciptanya rasa persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika,” ujarnya.
Dirinya berharap melalui kegiatan ini generasi muda dapat semakin mengenal seni dan budaya di Provinsi NTT, dan ikut dalam mempromosikannya.
“Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa, bisa merawat seni dan budaya yang ada, hingga melestarikannya agar semakin dikenal luas,” pesan Adinan.

Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, dan Dies Natalis Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang. Mengusung tema Unwira Merawat Nasionalisme Berasas Pancasila Melalui Nyanyi dan Tari.
Kegiatan paduan suara diikuti 2.000 peserta dari kalangan pelajar SMA dan SMK, mahasiswa Unwira Kupang, Orang Muda Katolik (OMK), Organisasi THS/THM dan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI).
Sedangkan kegiatan Tarian Ja'i Massal, melibatkan hingga 5.000 peserta dari berbagai elemen masyarakat, baik dari pihak Unwira, paguyuban masyarakat Ngada yang tergabung di dalam Ikatakan Keluarga Ngada (IKADA) di Kupang, paguyuban keluarga nagekeonyang tergabung dalam Ikatakan Keluarga Besar Nagekeo (IKEBANA) di Kupang, dan para tamu undangan lainnya.
Tampak hadir pula, yang mewakili Danlantamal VII Kupang dan Danlanud El Tari Kupang, Forkopimda tingkat Provinsi NTT, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan tokoh agama.
Hadir pula Direktur Operasional Rekor MURI Yusuf Nabri, yang memberikan apresiasi langsung atas penyelenggaraan kegiatan monumental ini. (moa)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Liputan Khusus Pos Kupang
Lipsus
Jai massal
Rekor MURI
POS-KUPANG.COM
Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
Unwira
Pater Philipus Tule
Emanuel Melkiades Laka Lena
Tanah Tumpah Darahku
Pater Dr. Ubaldus Djonda
Yosefina Seran Gheta
LIPSUS: 1.000 Lilin Perjuangan untuk Prada Lucky Aksi Damai Warga di Nagekeo |
![]() |
---|
LIPSUS: Lagu Tabole Bale Bikin Prabowo Bergoyang , Siswa SMK Panjat Tiang Bendera |
![]() |
---|
LIPSUS: TTS Kekurangan Alat Diagnosa TBC, Lonjakan Kasus Semakin Mengkhawatirkan |
![]() |
---|
LIPSUS: Ibunda Prada Lucky Berlutut Depan Pangdam IX Udayana Piek Budyakto |
![]() |
---|
LIPSUS: Ibunda Prada Lucky Namo, Saya Hanya Ingin Keadilan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.