NTT Terkini

LP2TRI Desak Kapolda NTT Tuntaskan Kasus Korupsi Bantuan Rumah Seroja di Malaka 

Dugaan kasus korupsi bantuan rumah pasca badai seroja di Kabupaten Malaka, Provinsi NTT, dinilai nyaris beku di meja penyidik Polda NTT

POS KUPANG/KRISTOFORUS BOTA
KASUS KORUPSI - Dugaan kasus korupsi bantuan rumah pasca badai seroja di Kabupaten Malaka, Provinsi NTT dinilai LP2TRI nyaris beku di meja penyidik Polda NTT, Senin (9/6/2025). 

Sebelumnya, Sejumlah warga di Desa Oanmane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, saat ditemui POS-KUPANG.COM, kini mereka masih menunggu kejelasan atas pembangunan rumah bantuan pasca badai seroja tahun 2021 yang hingga kini tak kunjung rampung.

Program bantuan perumahan ini disebut mangkrak sejak dimulai dan meninggalkan warga dalam ketidakpastian.

Salah satu penerima manfaat, Gregorius Bria, mengungkapkan hingga kini pembangunan rumah bantuan miliknya baru sampai tahap fondasi dan pemasangan tiang dari besi plat.

Menurut Gregorius Bria, rumah tersebut dikerjakan oleh kontraktor yang ditunjuk langsung oleh Dinas PUPR Kabupaten Malaka saat itu.

Baca juga: LIPSUS: Gubernur NTT Minta Education Fair  jadi Agenda Tahunan Selaras dengan Program Melki-Johni 

“Awalnya kami diminta buka rekening BRI masing-masing oleh pihak dari PUPR. Tapi sampai sekarang uangnya tidak pernah masuk. Katanya bantuannya senilai Rp 50 juta, langsung terima kunci. Tapi kenyataannya, dana itu dikelola oleh kontraktor,” jelas Gregorius Bria.

Warga lainnya, Esiriance Seran, mengalami nasib serupa. Ia mengaku telah menerima buku rekening atas nama pribadinya, namun rekening tersebut kosong dan pembangunan rumah tak pernah rampung.

KASUS KORUPSI - Dugaan kasus korupsi bantuan rumah pasca badai seroja di Kabupaten Malaka, Provinsi NTT dinilai LP2TRI nyaris beku di meja penyidik Polda NTT, Senin (9/6/2025).
KASUS KORUPSI - Dugaan kasus korupsi bantuan rumah pasca badai seroja di Kabupaten Malaka, Provinsi NTT dinilai LP2TRI nyaris beku di meja penyidik Polda NTT, Senin (9/6/2025). (POS KUPANG/KRISTOFORUS BOTA)

“Rumah saya dulu masih bagus, tapi karena mereka datang dan suruh bongkar katanya mau bangun baru, kami turuti. Mereka bilang dua minggu selesai, tapi sampai sekarang belum ada kelanjutan. Mereka datang, bongkar dalam sehari, lalu tinggalkan begitu saja,” ujar Esiriance Seran.

Akibat pembangunan yang tak kunjung dilanjutkan, keluarga Esiriance terpaksa tinggal di tenda terpal dalam waktu lama.

Kini, mereka telah membangun kembali rumah sederhana secara mandiri karena tak mampu menunggu lebih lama.

Baca juga: LIPSUS: Gubernur NTT Minta Education Fair  jadi Agenda Tahunan Selaras dengan Program Melki-Johni 

Para penerima bantuan rumah Seroja ini berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas terhadap kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut.

Mereka juga meminta kejelasan dari pihak PUPR terkait dana bantuan dan penyelesaian rumah yang sudah dijanjikan sejak 2021.

“Harapan kami, proyek ini bisa dilanjutkan. Jangan kami dibiarkan dengan janji kosong terus,” kata Esiriance Seran.

Program bantuan rumah pasca badai seroja seharusnya menjadi solusi pemulihan bagi korban bencana.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan proyek ini justru menjadi beban baru bagi warga yang rumahnya dibongkar namun tidak dibangun kembali. (ito)

 Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved