Human Interest Story

Feature - Dorus Petani di Ngada, Belasan Tahun Konsisten Tanam Cabai Berbuah Manis 

Sore itu awan tebal membubungi langit-langit Desa Turekisa, Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada, NTT.

|
POS-KUPANG.COM/CHARLES ABAR
PETANI - Theododus Tuba, Petani asal Desa Turekisa, Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada, NTT. 

Selain itu menurut Dia, menanam lombok akan mengurangi beban biaya kerja, jika dibandingkan dengan tanaman lain bisa empat kali tanam dalam setahun. 

Kendati demikian, kata alumni SMPN 1 Bajawa itu, semua kerja keras akan terbayar, jika menaruh jiwa kita menyatu dengan kerja yang kita geluti. 

“Kita harus fokus, melimpahkan waktu kita untuk merawat, mulai dari tanam hingga masa panen terakhir. Karena tanaman harus diperhatikan perkembangan, misalnya memotong buah yang sudah terserang hama untuk tidak merembes,” ungkap Dorus

Selain itu, menurut Dorus, pola pikir juga faktor penentu. Banyak hambatan, tetapi dengan keyakinan dan terus belajar lambat laun akan menemukan pola yang baik untuk menghasilkan dari jerih paya, tentunya mendukung perekonomian keluarga. 

“Kita harus menanamkan pola pikir harus bisa, kalau cepat menyerah kita tidak akan berkembang,” imbuhnya. 

Pilihan terakhir bagi Dorus, adalah memfokuskan pertanian yang sudah dimulai sejak lama. Ia tidak hanya fokus dirinya sendiri, tetapi juga mendorong keluarga dekat untuk fokus di tanaman lombok. 

Meskipun dengan pengalaman panjang malang melintang di tanah rantau, baginya bertani adalah, sebuah warisan luhur yang harus dijalani sepenuh hati. 

Baca juga: LIPSUS: Anggaran Rp 30 M, Renovasi Sekolah Amburadul  Temuan Tim Bengkel APPeK NTT

Jika kembali ke belakang, liku-liku hidup, Ayah dua orang anak ini, pengalaman merantau cukup berpengaruh terhadap pola pikir yang Ia bangun saat ini. 

Ia pernah merantau lama di Malaysia, menjadi tenaga kerja legal, sejak tahun 2000 hingga 2011. Bukan waktu yang singkat, tetapi cukup lama meskipun sering juga pulang saat mengambil cuti. 

Ia juga pernah merantau di Surabaya, Bali, sebagai pekerja serabutan. 

Pada tahun 98, semenjak balik kampung dari Pulau Dewata, sebenarnya Dorus mendapatkan pekerjaan beruntung. Ia dipercaya oleh kenalannya di Bali, untuk pengekspor kayu Nangka dan Jati Putih dari Flores menggunakan Ekspedisi. 

Pekerjaan ini Ia sempat menekuni, selama 2 tahun. Namun, kondisi keluarga saat itu, salah satu anggota keluarganya memaksanya tergiur untuk merantau ke Malaysia. 

“Itulah, saya melepaskan pekerjaan ekspor kayu, pergi merantau ke Malaysia. Saat itu kami direkrut lewat kantor di Maumere, “ ungkapnya. 

Bekerja di Malaysia, bukan hal yang buruk bagi Dorus. Pemasukan cukup memadai, tetapi masalah di pengelolaan keuangan yang tidak baik. 

Saat itu merasa masih bujang, sehingga sulit berpikir panjang seperti apa mengelola keuangan yang baik. 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved