Opini

Opini: Flobamora Tak Gentar, Ketika Perempuan Jadi Arsitek Ketangguhan

Kebahagiaannya melihat desanya semakin peduli lingkungan, tercermin dari berkurangnya kebiasaan membakar sampah, adalah bonus dari upaya kolektif. 

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-KIRIMAN PENULIS
SEMANGAT ASTIN - Keterbatasan Astin tidak membatasi semangatnya untuk berkontribusi bagi ketangguhan desanya sebagai anggota aktif KSB. 

"Sudah puluhan tahun saya hanya menanam padi dan jagung. Sekarang, panen saya jauh lebih berlimpah! Saya senang, karena walau sudah tua, saya bisa terlibat untuk menjadi lebih tangguh dalam menghadapi risiko bencana kekeringan," ungkap Mama Meri, sebuah testimoni tentang bagaimana adaptasi dan pengetahuan dapat mengubah kerentanan menjadi ketahanan pangan.

Mengikis Dominasi Maskulin

Kisah Yunita, Astin, dan Mama Meri adalah representasi dari kekuatan perempuan NTT dalam menghadapi tantangan. Mereka adalah tiga dari sekian banyak bukti nyata bahwa aksi kaum perempuan di tingkat akar rumput adalah kunci utama membangun ketahanan.

Di lanskap Nusa Tenggara Timur yang menawan namun tak jarang diterpa bencana, harapan seringkali bersemi dari tindakan-tindakan kecil namun berdampak besar. 

IDENTIFIKASI -  Pentingnya mengidentifikasi kerentanan dan kapasitas di desa secara inklusif, agar ada kebutuhan kelompok rentan yang terabaikan.
IDENTIFIKASI - Pentingnya mengidentifikasi kerentanan dan kapasitas di desa secara inklusif, agar ada kebutuhan kelompok rentan yang terabaikan. (POS-KUPANG.COM/HO-KIRIMAN PENULIS)

Mereka tidak menunggu uluran tangan, tetapi bergerak aktif, memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, dan jaringan sosial untuk membangun komunitas yang lebih aman dan mandiri. 

Keberhasilan mereka menunjukkan bahwa investasi pada pemberdayaan perempuan, terutama dalam konteks kesiapsiagaan bencana dan adaptasi iklim, akan memberikan dampak yang signifikan dan berkelanjutan. 
 
Kisah mereka secara implisit menantang anggapan yang seringkali melekat dalam penanganan kebencanaan, yaitu bahwa urusan ini didominasi oleh perspektif dan tindakan yang dianggap "maskulin." 

Paradigma tradisional seringkali menempatkan laki-laki sebagai pihak yang berwenang dalam pengambilan keputusan dan tindakan fisik di lapangan, sementara peran perempuan cenderung terpinggirkan atau hanya sebatas penerima bantuan. 

Padahal, pengalaman dan kearifan lokal yang dimiliki perempuan, seperti yang ditunjukkan oleh ketiga sosok inspiratif ini, justru menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan dalam membangun ketahanan.

Oleh karena itu, rekomendasi mendasar yang perlu diimplementasikan adalah dekonstruksi anggapan maskulinitas dalam penanggulangan bencana dan adaptasi iklim. 

Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan harus secara aktif mendorong inklusivitas gender dalam setiap aspek penanganan bencana, mulai dari perencanaan mitigasi, respons darurat, hingga pemulihan pasca-bencana. 

Ini berarti menciptakan ruang yang aman dan setara bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam forum-forum pengambilan keputusan, mengakui dan mendukung inisiatif-inisiatif ketahanan yang digerakkan oleh perempuan, serta memastikan bahwa perspektif gender diintegrasikan dalam setiap kebijakan dan program.
 
Lebih lanjut, penting untuk menyoroti dan mengapresiasi peran-peran "tidak tradisional" yang dimainkan oleh perempuan dalam kebencanaan, seperti yang dicontohkan oleh Astin dalam memobilisasi kelompok rentan dan Mama Meri dalam menerapkan praktik pertanian cerdas iklim. 

EVAKUASI- Proses evakuasi dalam simulasi bencana.
EVAKUASI- Proses evakuasi dalam simulasi bencana. (POS-KUPANG.COM/HO-KIRIMAN PENULIS)

Dengan memberikan visibilitas pada kontribusi unik perempuan, kita tidak hanya meruntuhkan stereotip gender, tetapi juga memperkaya strategi penanggulangan bencana dengan pendekatan yang lebih beragam dan efektif.

Sudah saatnya kita melampaui sekadar mengakui peran perempuan dan bergerak menuju tindakan nyata dalam mendukung mereka sebagai pilar ketahanan NTT. 

Kebijakan dan program pembangunan harus secara sadar mengintegrasikan perspektif gender, memastikan bahwa suara, pengalaman, dan kebutuhan unik perempuan dipertimbangkan dalam setiap tahap. 

Investasi yang terarah pada pelatihan kepemimpinan, peningkatan akses terhadap sumber daya ekonomi dan informasi, serta penciptaan ruang partisipasi yang setara dalam forum pengambilan keputusan adalah langkah krusial.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved