Opini

Opini: Ekologi yang Mendukung Kemampuan Praliterasi Anak

Tema ini urgen terutama untuk konteks NTT yang memiliki catatan kelam tentang kemampuan literasi anak usia dini.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-FREEPIK
ILUSTRASI 

Absennya kefasihan akan menggangu perhatian yang selanjutnya mengganggu pemahaman. Adapun kemampuan kosakata berarti perbendaharaan kata untuk berkomunikasi lisan dan tulis. 

Penguasaan kosakata selain bersumber dari kefasihan/kelancaran membaca, juga dari komunikasi lisan. 

Adapun pemahaman bahasa berarti kemampuan menyerap dan membangun makna dengan mengubungkan bahasa tulis dan pengetahuan yang sudah dimiliki.

Tampak bahwa kemampuan berbahasa tulis berakar dari kemampuan berbahasa lisan.

Kemampuan mendengarkan dan berbicara, dalam bentuknya yang paling sederhana, berawal dari kesanggupan mengenal bunyi. 

Sampai di titik ini, segera tampak senjata rahasia yang menentukan semua kemampuan itu, yakni ekologi pengasuhan orang tua, anggota keluarga inti, tetangga, warga sekampung, singkatnya ekologi anak sebelum mempelajari bahasa tulis secara formal di sekolah. 

Pada ekologi pengasuhan semacam itu, terdapat kekuatan bahasa lisan yang tak ternilai sekaligus tak terbatas yang dapat didayagunakan untuk mempersiapkan kemampuan literasi anak usia dini.

Aksi Nyata

Ikhtiar memperkuat kemampuan berbahasa lisan menjadi fokus dari pembentukan kompetensi praliterasi anak usia dini. Aksi semacam ini dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang selalu dekat dengan anak usia dini. 

Pertama, keikhlasan untuk mendengarkan perkataan anak dan memberikan respons yang relevan dan mendidik perlu menjadi gerakan warga lokal di berbagai ekologi pengasuhan. 

Sesibuk apa pun para pengsuh, tetap perlu disadari bahwa setiap perkataan anak dan respons atasnya merupakan momen berharga untuk pembelajaran yang mengarah ke pemantapan kemampuan praliterasi anak.

Kedua, keaktifan orang terdekat di berbagai ekologi pengasuhan dalam menginisiasi percakapan dengan anak juga sangat penting. 

Para pengasuh dapat mengeksploralsi berbagai pengalaman dan teknik yang merangsang anak untuk berbahasa lisan. 

Para pengasuh, misalnya, bisa berpura-pura mengucapkan secara salah kata/kalimat atau mengucapkan kata/kalimat yang berbunyi mirip dari yang sesungguhnya agar anak terpancing untuk meluruskannya.

Ketiga, bernyani lagu anak untuk dan bersama dengan anak adalah juga kekuatan untuk membentuk kesadaran tantang bunyi kepada anak usia dini. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved