Opini

Opini: Ekologi yang Mendukung Kemampuan Praliterasi Anak

Tema ini urgen terutama untuk konteks NTT yang memiliki catatan kelam tentang kemampuan literasi anak usia dini.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-FREEPIK
ILUSTRASI 

Jangan juga harus menunggu dibukanya Lembaga PAUD di kampung/desa. Orang-orang di ekologi pengasuhan terdekat dapat melakukannya dengan cara sederhana.

Para pakar membaca di seantero dunia menekankan dengan kuat tentang perlunya penguatan kemampuan berbahasa lisan bagi anak usia dini sebagai fondasi mahapenting untuk pembentukan kemampuan berbahasa tulis. 

Hal ini sejalan dengan fakta bahwa dalam pembelajaran di kelas-kelas awal SD dijumpai bahwa kemampuan berbahasa tulis anak lebih bercorak ekspresif. 

Artinya, apa yang dibaca dan ditulis anak haruslah apa yang didengar dan dibicarakannya. Sebaliknya, apa yang didengar dan dibicarakan anak itulah yang ditulis dan dibacanya. 

Ketika ada jarak antara dua ragam bahasa itu, anak akan berkesulitan mempelajari literasi membaca dan menulis. 

Jadi, untuk membentuk kemampuan mengenal simbol bahasa tulis, perhatian pertama-tama dan terutama harus ditujukan pada kemampuan berbahasa lisan anak usia dini, suatu area yang justru lebih banyak berada di bawah ekologi pengasuhan orang-orang di dekat anak, tetapi seringkali tidak disadari sehingga tidak digarap dengan baik agar kondusif bagi tumbuh-kembang anak.

Pilar Kunci Spesifik

Secara spesifik, unit bahasa lisan sebagai fondasi yang menentukan bahasa tulis anak usia dini dapat dipetakan berdasarkan beberapa elemen kunci. 

Catts (2021) menyebutnya sebagai lima pilar kunci membaca (the big five pillars of reading), bisa disingkat the big five.

Walaupun dari segi penamaan menunjukkan area membaca, tetapi pilar-pilar tersebut beririsan dengan area bahasa lisan. 

The big five mencakup kesadaran fonemik, kemampuan fonik, kefasihan, kosakata, dan pemahaman bahasa.

Kesadaran fonemik berarti kemampuan untuk mengenali bunyi-bunyi tertentu yang membentuk kata-kata dalam bahasa lisan. 

Anak dengan kesadaran fonemik pasti memiliki kemampuan fonik, yakni kesanggupan memahami hubungan antara bunyi bahasa lisan dan bentuk lambangnya dalam bahasa tulis. 

Anak dengan kemampuan fonik akan dapat mengeja dan membaca dengan lancar. Kemampuan membaca lancar itulah kefasihan. Kefasihan penting dikejar karena berhubungan dengan pemrosesan di sistem memori. 

Jika anak tidak dapat membaca secara lancar, informasi yang masuk akan melemah sebelum diproses oleh sistem memori di otaknya. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved