Opini

Opini: Benarkah Artificial Intelligence Merevitalisasi Ratio?

Secara umum, pendekatan terhadap penelitian AI, dikategorikan menjadi Mhacine Learning dan Deep Learning. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Irenius Boko 

Karena tidak memiliki idea innate, jelas kondisi akal budi manusia itu tabula rasa. Sama seperti kertas putih yang belum dicoreti oleh tinta atau kosong.

Lalu dari mana manusia (seorang anak kecil) bisa memperoleh pengetahuannya? 

Terhadap pertanyaan demikian, Locke menekankan akan kondisi anak kecil yang menirukan apa yang diamati dan yang dirasa oleh panca inderanya. 

Anak kecil, biasanya menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Jadi, sarafnya akan menerima semua stimulus informasi dari panca indera menuju otak untuk diproses, lalu menghasilkan konklusi.

Selain melalui menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa, Locke juga menjelaskan tentang pentingnya pendidikan. Pendidikan sebagai wadah bagi manusia untuk mematangkan akal budinya. 

Apabila, menirukan orang dewasa merupakan suatu bahan mentah pengetahuan, maka dalam pendidikan, manusia benar-benar mengekplorasi suatu pengetahuan yang sudah divalidasi dalam masyarakat ilmiah. 

Tentu ini berbasiskan pada tatanan hukum masyarakat ilmiah, sehingga pengetahuan yang diperoleh juga berbasiskan padanya.

Melalui ulasan singkat tentang tabula rasa dari Jhon Locke, dapat disimpulkan bahwa memang kematangan ratio dari manusia diperoleh dari tindakan belajar terus-menerus. Hal tersebut memang realistis dan dialami oleh semua manusia. 

Menirukan apa yang dilakukan maupun apa yang dikatakann oleh orang dewasa merupakan hal yang umumnya dilakukan oleh seorang anak kecil. 

Tidak ada seorang anak kecil pun yang tidak pernah menirukan tindakan orang tuanya.

Kemudian ketika sudah berada di bangu sekolah dasar, akal budi mulai dibentuk dengan semua tatanan ilmiah untuk memahami realitas di sekitarnya. 

Melalui displin ilmu yang dipelajari, ratio seorang manusia mulai memahami semua entitas yang ada. Hal tersebut, berlanjut sampai ke tingkat menengah dan tinggi. 

Maka, jelas bahwa seseorang yang tidak pernah mempelajari atau memahami semua ilmu yang sudah divalidasi oleh masyarakat ilmiah, jelas akal budinya hanya menampung pengetahuan mentah. 

Jelas perkembangan rationya tidak begitu matang dengan mereka yang mempelajari ilmu yang sudah divalidasi dalam masyarakat ilmiah.

Apabila cara perkembangan ratio manusia demikian, apakah perkembangan AI juga demikian?

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved