Opini
Opini: Hari Kartini dan Pesan Kemiskinan Kaum Perempuan
Tanggal lahirnya 21 April dirayakan sebagai Hari Raya Nasional yang diwarnai dengan kebaya dan kain panjang.
Oleh: Emiliana Martuti Lawalu, SE,ME
Dosen FEB Unwira Kupang
POS-KUPANG.COM - “Wahai ibu kita Kartini putri yang mulia, sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia!"
Syair terakhir lagu Ibu Kita Kartini di atas lazim terngiang di telinga kita.
Semua anak Indonesia dan yang beranjak dewasa tidak pernah lupa syair ini. Syairnya mengandung makna yang dalam. Bagi kita diharuskan mengenang Kartini karena perjuangannya.
Cita-cita dan perjuangannya sangat besar pengaruhnya bagi pembangunan. Makanya, pantas menjadi pahlawan kemerdekaan nasional. Penghargaan itu diberikan kepadanya sejak tahun 1964.
Tanggal lahirnya 21 April dirayakan sebagai Hari Raya Nasional yang diwarnai dengan kebaya dan kain panjang.
Kartini, sosok perempuan Indonesia yang sudah jauh lebih awal melakoni pemikiran futurist John Naisbit yang muncul jauh sesudah generasinya.
Ia berbiara tentang kebebasan, keadilan, dan pendidikan dalam suasana kolonial dan budaya partiarki Jawa abad XX.
Kartini dikenal dengan surat-suratnya yang yang menggunggah nilai kemanusiaan. Suratnya itu sangat tidak asing dan terkenal di kalangan kaum pergerakan perempuan dan pergerakan nasional.
Perspektif kemanusiaan dalam suratnya berarti perempuan membutuhkan kesempatan yang sama untuk dicerdaskan melalui pendidikan sebagaimana halnya kaum laki-laki.
Meskipun berjalan lama proses pikirannya diinsafi laki-laki. Makanya, surat-suratnya menjadi inspirasi penting bagi generasi sesudahnya, serentak perempuan dan laki-laki di Indonesia.
Kartini telah berjuang untuk emansipasi perempuan. Pada saat yang sama pembangunan hanya bisa berarti ketika dalamnya ada kebebebasan.
Jadi pembangunan itu akan berjalan kalau keadaannya seperti yang dilukiskan Soekarno, yakni kemerdekaan (baca: Pembangunan) ibarat seekor burung, yang memerlukan dua sayapnya, laki-laki dan perempuan agar burung bangsa ini bisa terbang.
Kemiskinan Perempuan
Sekitar 9,20 persen perempuan di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yakni 9,10 persen. (Data BPS Tahun 2024).
Emiliana Martuti Lawalu
Tuti Lawalu
Opini Pos Kupang
Hari Kartini
emansipasi wanita Indonesia
kemiskinan
Opini: Cegah Stunting, Kunci NTT Keluar dari Kemiskinan |
![]() |
---|
Opini: Kepemimpinan Melki-Johni dan Mutu Pendidikan NTT |
![]() |
---|
Opini: Mencari Hati yang Enggan Membenci di Balik Puing-puing Gereja Keluarga Kudus Gaza |
![]() |
---|
Opini: Antara Ngopi dan Hipertensi, Gaya Hidup yang Menyesatkan Generasi Muda |
![]() |
---|
Opini: Dilema Energi Hijau di Poco Leok, Pemerintah Perlu Perbaiki Pola Komunikasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.