Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 9 Februari 2025, Panggilan Tuhan dan Tanggapan Manusia

Tuhan tidak membiarkan Yesaya tenggelam dalam rasa ketidaklayakan. Sebuah bara dari mezbah disentuhkan ke bibirnya sebagai tanda penyucian.

|
Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-ROMO LEO MALI
RENUNGAN - Romo Leo Mali menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu (9/2/2025), Panggilan Tuhan dan Tanggapan Manusia 

Oleh : Romo Leo Mali

POS-KUPANG - Renungan Harian Katolik Minggu 9 Februari 2025, Panggilan Tuhan dan Tanggapan Manusia

Yesaya 6:1-2a, 3-8; 1 Korintus 15:1-11

Injil : Lukas 5:1-11

Oleh sakramen pembabtisan setiap orang beriman dalam kehidupan sehari-hari: dipanggil untuk memberitakan injil Allah.

Bacaan hari ini menampilkan tiga tokoh yang mengalami panggilan ilahi dan bagaimana mereka menanggapinya: Nabi Yesaya, Rasul Paulus, dan Rasul Petrus. Panggilan Allah dan jawaban manusia dalam diri ketiga tokoh ini kita jadikan sebagai pelajaran bagi kita dalam menanggapi panggilan Tuhan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 9 Februari 2025, Penjala Ikan Menjadi Penjala Manusia

Panggilan Yesaya: Dipanggil Tuhan meski tidak layak

Dalam Yesaya 6:1-2a, 3-8, Nabi Yesaya mendapat penglihatan tentang Tuhan yang duduk di atas takhta-Nya dengan kemuliaan besar. 

Para serafim berseru: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam! Seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" (Yesaya 6:3).

Ketika Yesaya menyaksikan kebesaran Tuhan, ia merasa tidak layak: "Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir" (Yesaya 6:5).

Reaksi Yesaya mencerminkan pengalaman manusia yang menyadari dosa dan ketidaksempurnaannya di hadapan Tuhan.

Namun, Tuhan tidak membiarkan Yesaya tenggelam dalam rasa ketidaklayakan. Sebuah bara dari mezbah disentuhkan ke bibirnya sebagai tanda penyucian.

Setelah itu, Tuhan bertanya, "Siapakah yang akan Kuutus?" dan Yesaya menjawab dengan penuh keberanian, "Ini aku, utuslah aku!" (Yesaya 6:8). Tuhan tidak mencari orang yang sempurna, tetapi orang yang bersedia diubah dan dipakai untuk pekerjaan-Nya.

Panggilan Paulus : kasih Karunia yang mengubah hidup

Dalam 1 Korintus 15:1-11, Paulus menegaskan bahwa ia adalah rasul yang paling hina karena dahulu ia menganiaya jemaat Allah.

Namun, ia berkata, "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia-Nya yang dianugerahkan kepadaku tidak sia-sia" (1 Korintus 15:10).

Paulus adalah contoh bagaimana kasih karunia Allah dapat mengubah seseorang. Tuhan mengubahnya dari seorang penganiaya jemaat, menjadi pemberita Injil yang tak kenal lelah.

Ia menyadari bahwa panggilannya bukan berdasarkan jasanya, tetapi karena anugerah Tuhan. Ini mengajarkan kita bahwa Tuhan bisa memakai siapa saja untuk rencana-Nya, termasuk mereka
yang dulunya jauh dari-Nya.

Panggilan Petrus: dari keraguan menuju kepatuhan.

Dalam Injil Lukas 5:1-11, Yesus memanggil Petrus dan beberapa murid lainnya dengan
cara yang unik. Setelah semalaman tidak menangkap ikan, Yesus menyuruh mereka untuk
menebarkan jala ke tempat yang lebih dalam.

Petrus awalnya ragu, tetapi akhirnya berkata, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Lukas 5:5).

Mukjizat terjadi: mereka menangkap banyak ikan hingga jala mereka mulai koyak. Menyadari kehadiran ilahi dalam Yesus, Petrus tersungkur dan berkata, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa" (Lukas 5:8).

Namun, Yesus justru mengangkatnya dan berkata, "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia" (Lukas 5:10).

Panggilan Yesus mengubah hidup Petrus. Ia yang sebelumnya seorang nelayan biasa kini dipanggil untuk pekerjaan yang lebih besar: menjala manusia bagi Kerajaan Allah. Petrus dan rekan-rekannya meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus.

Panggilan Tuhan dalam Hidup Kita

Ketiga tokoh ini mengajarkan bahwa Tuhan bisa memanggil siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Mungkin kita merasa tidak layak seperti Yesaya, memiliki masa lalu kelam seperti Paulus, atau ragu-ragu seperti Petrus.

Namun, Tuhan tidak melihat ketidaksempurnaan kita sebagai penghalang. Yang terpenting adalah bagaimana kita menanggapi panggilan itu. Tapi Bagaimana kita bisa menanggapi panggilan Tuhan? Karena kesempurnaan adalah milik Tuhan.

Di hadapan Allah yang maha sempurna, semua orang berdosa akan selalu memiliki masa depan baru.

 Maka pertama, kita perlu menyadari Keagungan dan Kekudusan Tuhan: Seperti Yesaya, kita perlu menyadari siapa Tuhan dan siapa diri kita. Ini akan menumbuhkan sikap rendah hati dan kesiapan untuk dibentuk oleh Allah.

Kedua, kita harus mengandalkan Kasih Karunia Tuhan, seperti Paulus yang sadar bahwa pelayanan bukan tentang kehebatan kita, melainkan tentang anugerah Tuhan yang bekerja dalam kita.

Ketiga, ketaatan yang mengatasi keraguan: Seperti Petrus, kita mungkin tidak selalu memahami rencana Tuhan. Namun, oleh ketaatan kita akan melihat karyaNya yang luar biasa.

Panggilan Tuhan bisa datang dalam berbagai bentuk: dalam keluarga, pekerjaan, komunitas gereja, atau bahkan dalam situasi yang tidak kita duga. Yang penting adalah hati yang terbuka untuk menjawab seperti Yesaya: “Ini aku, utuslah aku!” (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved