Cerpen

Cerpen: Elegi Perawan Desa

Sambil tetap berbaring di atas rerumputan. Di bawah pohon mangga yang rindang, aku membawa pikiranku kembali padamu, "Damaris Kurniawan". 

Editor: Dion DB Putra
TRIBUNNEWS.COM
ILUSTRASI 

Penantianku tak kunjung usai. Engkau tak pernah kembali karena kapal yang kau tumpangi karam di lautan luas. 

Tiga bulan berlalu dengan cepat akan tetapi tak ada jua hasil pencarian. Kandungan kakakku terlihat semakin membesar.

Antara benci dan sedih, aku mengenangmu. Waktu berlalu dengan sangat cepat namun tak dapat mengikis duka di dada.

Di suatu sore aku menemani kakakku melatih buah hati kalian berjalan. Di sebuah belokan yang sepi kakakku tiba-tiba berlutut sembari memeluk kakiku dengan erat serta mengucapkan kata maaf dengan terisak-isak. 

Dengan segera aku terduduk ke tanah untuk mengangkat kakakku.  Kubilang padanya bahwa tidak perlu seperti itu sebab aku sudah memaafkannya sejak lama. 

Namun dengan menggeleng kakakku berkata, "Aku tak pantas mendapat kata maaf darimu. Aku jahat. Aku telah memfitnah Aris. Sejujurnya Aris bukanlah ayah dari anakku." 

"Aku asal menyebut namanya saat itu karena aku bingung sebab pria yang menghamiliku sudah kabur dan aku tak tahu di mana keberadaannya." 

"Karena kebetulan Aris sering datang ke tempatku maka semua orang mempercayai kebohonganku."

Perasaanku berkecamuk antara percaya dan tidak. Ingin tak percaya namun kakakku tak mungkin bercanda. 

Hari ini genap tiga tahun kepergianmu. Aku ingin mengenangmu di sini. Di antara rerimbunan pepohonan  ini. Aku ingin membalas semua suratmu yang belum sempat kubalas. 

Aku pun ingin menulis tentangmu, tentang kita. Dan saat kutulis kisah ini, aku sedang merindukanmu dalam diam. 

"Orang gila... Orang gila..." Sekelompok anak kecil berteriak ke arahku sambil melempariku dengan batu.  (*)

*) Penulis adalah seorang guru di Aimere, Kabupaten Ngada - NTT

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved