Cerpen
Cerpen: Elegi Perawan Desa
Sambil tetap berbaring di atas rerumputan. Di bawah pohon mangga yang rindang, aku membawa pikiranku kembali padamu, "Damaris Kurniawan".
Sahabat karibku pernah bilang bahwa kamu itu seperti dokter yang selalu mengingatkan pasiennya untuk tertib minum obat.
Apa maksudnya, aku pun tak tahu. Mungkin karena di setiap suratmu kau selalu rajin menanyakan kabarku serta mengingatkanku untuk menjaga kesehatan.
Di antara kisah-kisah yang kau tulis dalam surat-suratmu itu, kau ceritakan bahwa kau sangat mengenal kakakku yang saat itu juga bersekolah di kota yang sama.
Katamu kakakku cantik, hampir sama sepertiku. Namun aku masih lebih cantik, katamu.
Dasar gombal. Aku selalu tersenyum setiap kali membaca surat-suratmu. Meski punya niat yang besar untuk membalasnya namun tak pernah kulakukan.
Hanya saja aku selalu menghargai semua suratmu itu dengan menyimpannya rapih di dalam kotak sepatu yang kuminta dari sahabatku.
Terkadang aku bangga sebab banyak sahabatku yang tergila- gila padamu, termasuk sahabat karibku. Namun kau tak pernah mengalihkan pandanganmu sedikit pun kepada mereka.
Setelah membaca surat darimu biasanya aku berdoa agar Tuhan selalu menjagamu untukku.
Tuhan sangat baik. Ia membantumu dalam menyelesaikan studimu dengan cepat. 3,5 tahun dengan IP tertinggi dan langsung ditawarkan pekerjaan oleh sebuah perusahan besar ternama di kota.
Aku sangat bangga mendengarnya dan juga sangat bahagia karena aku orang pertama yang kau bagikan informasi berharga ini, tentunya setelah dua orang terdekatmu yakni ayah dan ibumu.
Dalam suratmu juga kau berjanji untuk segera menemui aku dan kedua orang tuaku setelah kau mengurus beberapa dokumen penting.
Sayangnya kenyataan tak selalu indah seperti impian. Kakakku hamil dan informasi yang menyebar di seluruh pelosok desa kita bahwa kamulah dalangnya.
Aku kesal, marah, kecewa dan benci padamu. Tak kuberikan kesempatan sedikit pun untuk mendengar semua penjelasanmu dengan tak mau membaca satu pun surat darimu.
Aku mengutuk semua doa yang pernah kulantunkan untuk kebersamaan kita. Sampai hari itu saat kau ingin segera pulang untuk menemuiku agar dapat menjelaskannya secara langsung.
Hari di mana hujan lebat disertai petir mengguyur desa kita dari pagi hingga malam seakan hendak mewakili perasaanku. Aku kesal dan berharap agar berita itu tidak benar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.