Opini

Opini: Hikmah Alam Dalam Tragedi Pukuafu

Empati kemanusiaan atas korban manusia dan keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih, tidak bisa diperoleh di ruang pengadilan. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Paul Bolla 

Begitu juga instansi yang terlibat hingga kapal boleh berlayar. Ada Syabandar, BMKG, Navigasi, ASDP/Perusahaan pelayaran. 

Ada anak buah kapal (ABK). Ada nakhoda, jurumudi, bagian kamar mesin, pengatur penumpang dan kendaraan, dan sebagainya.

Setelah kejadian tragis di Pukuafu itu, terbuktilah banyak hal karena kelalaian orang. Jumlah penumpang lebih banyak dari yang tercatat dalam manifes.  

Jumlah jenazah yang ditemukan dan orang yang berhasil diselamatkan lebih banyak dari nama penumpang yang tercatat.

Semua itu proses itu ada manusia yang bertanggung jawab mengurusnya. Yang tanda tangan SIB, bukan alam. Yang mencatat nama penumpang berdasarkan tiket yang terjual, bukan alam. Yang menerima uang penumpang dari yang tidak beli tiket, bukan juga alam.

Sudah pasti ada banyak pihak para pemangku kepentingan yang tercatat dalam prosedur sebuah kapal boleh melaut atau berlayar. Pasti ada yang lalai, atau sengaja mencari keuntungan.

Aneh bin ajaib. Tak seorangpun yang bisa diminta pertanggungjawabannya di pengadilan. Tak seorangpun yang dihukum. Alamlah yang bersalah.

Empati kemanusiaan atas korban manusia dan keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih, tidak bisa diperoleh di ruang pengadilan. 

Tidak ada seorangpun yang dihukum. Kelalaian sejenis pun terus berulang. Pemangku kepentingan dan pengguna tidak kapok. 

Jika tidak ada insiden ada yang meraup cuan. Bangga dan membawa pulang rejeki untuk kawan-kawan atau keluarga.

Lihatlah masih ada penumpang kapal yang bangga bercerita. Sukses menumpang secara cuma-cuma. 

Bangga membayar tunai di bawah harga resmi. Murah. Tanpa tiket. Tanpa tercatat dalam manifes resmi. Dan tanpa perlindungan asuransi.

Banjir airmata sembilan belas tahun lalu, berlalu begitu saja bersama derasnya air hujan, tiupan angin kencang, dan pusaran arus laut.

Alam telah memberi pelajaran. Tapi manusia tak pernah belajar dan mengambil hikmahnya.

Taburlah rampai ditepi pantai untuk mengenang tragedi pukuafu. Keadilan alam akan mencari jalannya.  (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved