Opini

Opini: Tren Arus Bunuh Diri di NTT, sebuah Analisis Sosiologis

Durkheim memandang fenomena bunuh diri bukan saja sebagai gejala psikologis atau individual tetapi juga sebagai gejala sosiologis...

Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/HO
ILUSTRASI 

Gejala bunuh diri di NTT merebak bak arus yang sedemikian kuat dari tahun ke tahun dengan pokok persoalan yang hampir sama. 

Sejumlah korban memilih mengakhiri hidupnya karena tidak tahan terhadap tekanan baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Melihat tiga kasus sebelumnya, apabila para korban melakukan tindakan bunuh diri karena kurangnya kohesi sosial atau mengabaikan dukungan dari orang lain, maka tipe bunuh diri tersebut disematkan oleh Durkheim dengan istilah bunuh diri egoistik (Durkheim, 1975: 160). 

Dalam tipe ini, kesadaran kolektif (conscience collective) lingkungannya perlu dievaluasi kembali. 

Lingkungan yang mengabaikan ikatan sosial dan cenderung individualistik akan dengan mudah membawa anggotanya ke dalam arus bunuh diri egoistik.

Di lain sisi, ada kemungkinan pula bahwa para korban tersebut mengalami gejala arus bunuh diri anomik. 

Gejala ini terjadi apabila para korban memilih mengakhiri hidup mereka akibat perubahan sosial yang sedemikian drastis atau ketidakseimbangan antara kehidupan ekonomi dan sosial. 

Dalam kasus ini terindikasi bahwa korban mengalami kebingungan tatkala diperhadapkan dengan situasi krisis ekonomi atau ketidakteraturan sosial.

Situasi terjebak dalam krisis tersebut rentan menggiring seseorang melakukan tindakan bunuh diri. 

Tuntutan ekonomi yang represif dibarengi hasrat untuk memperoleh kesejahteraan sosial yang sulit dicapai selalu berpengaruh pada kondisi mental seseorang.

Akhirnya orang mulai beranggapan bahwa hidup itu jahat, hidup lebih diwarnai dengan kesengsaraan ketimbang kesejahteraan. 

Oleh karena kegelisahan ini, maka tak heran bahwa dalam ranah persoalan ekonomi banyak korban pula yang berjatuhan.

Melawan Arus Bunuh Diri

Bagaimanapun juga gejala arus bunuh diri ini mesti dicegah secara lebih intensif. 

Pemulihan akan kesadaran kolektif dan kuatnya integrasi sosial antar-masyarakat dapat menjadi kunci untuk melawan derasnya arus bunuh diri.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved