Manggarai Timur Terkini

BGP-MBG Ungkap Enam Faktor Penyebab Bencana Pergerakan &  Pergeseran Tanah di Nenu Manggarai Timur. 

kesadaran akan bahaya bencana alam dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.

Penulis: Robert Ropo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Tim BGP-MBG sedang melakukan kajian di lokasi bencana pergerakan dan pergeseran tanah di Dusun Nenu, Desa Paan Leleng, Kabupaten Manggarai Timur.  

Hasil kajian terkait kondisi geologi dan potensi gerakan tanah di dusun Nenu, Desa Paan Leleng telah disampaikan oleh Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Geologi kepada Pemda Manggarai Timur melalui BPBD pada Rabu, 15 Januari 2025. 

Hasil pengamatan dan analisis menyatakan bahwa pergerakan tanah di Dusun Nenu masih memiliki kemungkinan untuk terus terjadi dan rumah-rumah yang berada di dalam area pergerakan masih berpotensi mengalami deformasi atau terdorong, yang dapat menimbulkan kerusakan ringan hingga berat.

Subin juga menerangkan, hasil kajian juga menunjukan bahwa faktor utama yang mengontrol dan memicu terjadinya gerakan tanah di kawasan tersebut antara lain, curah hujan yang tinggi dimna curah hujan yang sangat tinggi dapat mempercepat pergerakan tanah, mengingat kondisi tanah yang sudah terendam air. Kondisi Geologi dimana struktur geologi yang terdiri dari bantuan vulkanik tua yang tergredasi dan kemiringan batuan perlapisan yang searah lereng meningkatkan kerentanannya terhadap longsoran. 

Kelerengan yang cukup terjal, ketinggian lereng yang sedang hingga terjal berisiko meningkatkan potensi longsor, terutama ketika tanah terjenuh air. Muka air tanah yang dangkal dimana kedalaman muka air tanah yang dangkal menyebabkan kondisi tanah mudah tergerus dan longsor. 

Drainase yang tidak teratur dimana sistem drainase yang tidak memadai memperburuk kondisi tanah yang sudah terpapar hujan deras, meningkatkan kemungkinan terjadinya pergerakan tanah. Dan perubahan tata guna lahan dimana alih fungsi lahan menjadi areal perkebunan, seperti persawahan dan perkebunan jagung, mengubah kestabilan tanah dan memperburuk kerentanannya terhadap longsoran.

Subin juga mengatakan, tim BGP MBG juga mencatat bahwa potensi gerakan tanah ini bisa meluas apabila terjadi curah hujan yang lebih tinggi atau adanya getaran gempa bumi yang dapat memicu pergeseran tanah lebih lanjut. 

Berdasarkan kajian yang dilakukan maka rekomendasi yang dikeluarkan oleh Tim BGP MBG dalam laporan hasil assesmentnya adalah relokasi rumah yang terancam (8 KK,40 Jiwa – Desa Paan leleng), perbaikan drainase, penguatan lereng dengan penanaman pohon berakar kuat (jati, sengon, mahoni) merubah konstruksi rumah menjadi rumah panggung, tidak menambah pemukiman, mengisi rekahan yang dijumpai di sekitar areal longsor dan kewaspadaan tetap dijaga ketika hujan.

Sebagai langkah mitigasi, tim menyarankan agar masyarakat di wilayah yang terdampak segera melakukan upaya pencegahan, seperti membangun drainase yang lebih baik, menghindari pembukaan lahan secara berlebihan, dan memperhatikan struktur bangunan agar lebih tahan terhadap potensi gerakan tanah. 

Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai kewaspadaan terhadap bencana ini sangat penting untuk meminimalkan risiko dan dampaknya.

Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif guna menghadapi potensi bencana tanah longsor di masa depan. (rob) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved