Opini

Opini: Ketika Produk Lokal Ditolak, Apa yang Salah dengan Indomie?

Di balik setiap bungkusnya, tersimpan memori kolektif tentang kebersamaan, kemandirian, dan rasa syukur atas hal-hal kecil yang membuat hidup lebih

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO
ILUSTRASI 

Oleh karena itu, produsen lokal harus lebih cermat dalam membaca dinamika pasar dan proaktif dalam mempromosikan kualitas produk mereka.

Meningkatkan Kualitas, Memperkuat Reputasi

Proses pembelajaran yang berkelanjutan dari kasus ini adalah sebagai sumber pengingat penting bahwa kualitas adalah kunci untuk bertahan di pasar internasional. 

Produsen Indomie perlu memastikan bahwa setiap tahap produksi, mulai dari pemilihan bahan baku hingga distribusi, diawasi dengan ketat sesuai standar internasional. 

Selain itu, kolaborasi dengan pihak berwenang dan lembaga sertifikasi dapat membantu memastikan bahwa produk local mendapatkan pengakuan yang layak.

Cerita-cerita masa kecil tentang makan mi instan, hingga dewasa menjadi anak kos dan bekerja masih tetap makan Indomie, apalagi di musim hujan dengan racikan bumbunya yang sederhana sudah pasti menghangatkan. 

Indomie bukan tentang makanan saja, tapi ada kenangan, ada perjuangan dan kebersamaan yang diramu dari sebungkus Indomie. Jadi Indomie adalah simbol kemampuan Indonesia untuk bersaing di pasar global. 

Kata “perjuangan” dan “kebersamaan” harus dikembangbiakkan dalam menghadapi tantangan inisecara terbuka dan proaktif. 

Kasus penolakan ini adalah simbol bagi masyarakat Indonesia untuk dapat kembali merebut kepercayaan konsumen dalam konteks produk-produk lokal bangsa ini, baik di dalam negeri maupun luar negeri. 

Peristiwa ini bukanlah akhir, tetapi peluang untuk bangkit lebih kuat dan membuktikan bahwa produk lokal Indonesia memiliki kualitas yang tak kalah dari produk internasional. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved