Opini

Opini: Pesan A Christmas Carol Bagi Guru Umat Manusia

Dalam gema setiap lagu, kita diajak merenung dan membuka hati, mengingatkan kita untuk kembali ke nilai-nilai kasih, perdamaian,

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru
Dr. Darmin Mbula, OFM 

Ada beberapa pakar pedagogi dan pendidikan yang mempelajari A Christmas Carol sebagai bahan ajar untuk menggali nilai-nilai moral, etika, dan perkembangan karakter, serta bagaimana karya tersebut dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, empati, dan refleksi diri
serta correptio fraternal (pendekatan penuh kasih persaudaraan) dalam konteks pendidikan.

Beberapa pakar pedagogi, seperti Thomas Lickona, yang dikenal dengan pendekatannya terhadap pendidikan karakter, mungkin akan melihat karya ini sebagai alat untuk mengajarkan nilai-nilai seperti kebaikan hati, kepedulian sosial, dan kemampuan untuk berubah. 

Karakter Ebenezer Scrooge yang awalnya egois dan pelit, kemudian berubah menjadi dermawan dan peduli, menjadi contoh yang jelas dalam mengajarkan kepada siswa tentang potensi perubahan diri melalui refleksi dan pembelajaran moral. 

Melalui perjalanan Scrooge yang didampingi tiga roh, siswa bisa belajar melihat tindakan mereka dari sudut pandang yang berbeda (masa lalu, masa kini, dan masa depan), dan memahami dampaknya terhadap orang lain.

A Christmas Carol juga dipakai untuk mengajarkan konsep empati dan kepedulian sosial dalam pendidikan. 

Jerome Bruner, ahli teori pendidikan yang menekankan pentingnya pembelajaran berbasis narasi, mungkin melihat kisah Dickens sebagai cara yang efektif untuk merangsang diskusi tentang ketimpangan sosial, ketidakadilan, dan peran individu dalam menciptakan perubahan sosial. 

Melalui diskusi tentang karakter-karakter dalam cerita seperti Bob Cratchit, keluarga Cratchit, dan tentunya Scrooge, siswa dapat memeriksa isu-isu terkait kesejahteraan sosial dan bagaimana tindakan kecil seseorang dapat berdampak besar pada orang lain.

Di dunia pendidikan modern, banyak pendidik  menggunakan A Christmas Carol dalam pendekatan pedagogi berbasis literasi kritis dan kreatif. 

Louise Rosenblatt, ahli teori literasi, mengemukakan bahwa literatur dapat menjadi alat untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan refleksi diri melalui pengalaman imajinatif. 

Karya Dickens, yang kaya simbolisme dan tema-tema universal, memungkinkan siswa menganalisis karakter, motif, dan perkembangan cerita dalam konteks sosial dan pribadi mereka. 

Pembelajaran melalui narasi ini memberi kesempatan siswa untuk merenung tentang moralitas, perubahan diri, dan pengaruh tindakan mereka terhadap orang lain.

A Christmas Carol bukan hanya dipelajari sebagai karya sastra, tetapi digunakan sebagai alat dalam pendidikan untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman moral, empati, dan kesadaran sosial. 

Para pakar pedagogi melihatnya sebagai sumber yang kaya untuk memfasilitasi diskusi dan refleksi soal perubahan pribadi dan dampaknya terhadap masyarakat.

Para Guru Umat Manusia

Kisah A Christmas Carol sangat relevan bagi guru umat manusia yang mengajar dengan prinsip all means all karena cerita ini menekankan pentingnya perubahan diri dan kepedulian terhadap semua orang, tanpa memandang latar belakang atau status sosial. 

Halaman
1234
Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved