Breaking News

Opini

Opini: Dilema Modernitas, Kehilangan Makna Sakral dalam Relasi Pria dan Wanita

Di tengah derasnya arus perubahan, manusia tampaknya kehilangan kemampuan untuk membedakan antara yang suci dan yang profan. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Sirilus Aristo Mbombo. 

Manusia perlu kembali pada refleksi mendalam tentang makna seksualitas, melihatnya bukan sebagai sesuatu yang memalukan, melainkan sebagai bagian integral dari kehidupan yang penuh nilai. 

Seks adalah simbol cinta kasih, penyatuan emosional, dan medium kelanjutan generasi manusia. 

Namun ketika seksualitas direduksi menjadi sekadar transaksi atau sarana eksploitasi, manusia kehilangan makna mendalam yang seharusnya menyertainya.

Dalam konteks ini, pendidikan seksualitas yang tepat menjadi kebutuhan mendesak. 

Edukasi ini tidak hanya membantu manusia memahami makna seksualitas yang positif, tetapi juga membimbing mereka untuk menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai moral, agama, dan budaya yang dianut. 

Dengan demikian, manusia dapat menghindari penyimpangan yang berpotensi merusak kehidupan individu dan masyarakat.

Pada akhirnya, manusia modern perlu kembali kepada kesadaran total, menyelaraskan akal sehat dan hati nurani dengan nilai-nilai yang luhur. 

Hanya dengan cara ini, manusia dapat keluar dari lingkaran kebingungan moral yang mengancam eksistensinya. 

Kebahagiaan sejati tidak datang dari luar, tetapi dari dalam diri yang selaras dengan kebenaran, nilai-nilai agama, dan budaya yang menjadi dasar kehidupan. 

Ketika manusia menemukan kembali arah hidupnya, ia dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna, penuh harmoni, dan selaras dengan tujuan keberadaannya sebagai manusia. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved