Kotbah Imam Yang Membosankan?

Dari kursi seberang, saya menangkap gelagat ini dengan sangat jelas. Setelah misa, dia bilang:”lain kali, kau rekam kotbahnya.

|
Editor: Oby Lewanmeru
zoom-inlihat foto Kotbah Imam Yang Membosankan?
Kompas.id
Wilfrid Babun SVD

Untuk itu, pewarta Sabda mesti punya cukup waktu untuk ada di depan Sabda. Saya pikir, bersendiri duduk di depan Sabda itu harus diciptakan secara sadar.

Budaya seorang pewarta.Ada di hadapan Sabdamerupakan condition sine qua non. Momentum iluminasi: meresapkan dan menyerapkan Sabda Allah.

Waktu  merupakan saat contemplation: menarik keesaan Allah ke dalam kefanaan manusiawi kita.

Dengan demikian, waktu nyepi bukan lagi dilihat sebagai waktu kosmis, tetapi waktu suci (horae sacrae). Saat mendengarkan kehadiran Tuhan.

Apa kataNya! Selalu diwaspadai ketika seorang pewarta Sabda menelantarkan waktu kudus ini (doa, refleksi, meditasi, misa). 

Kata-kata menjadi hilang daya. Kerohanian menjadi hambar. Itu juga bisa menjadi kentara dalam (seri- seri ) kotbah yang sudah kehilangan “gereget rohaninya”.Datar saja!

Yang dicatat pak Yohanes Muryadi (dari) Cirebon ini, saya pikir, ini satu peringatan (warning): (Para) Imam, janganlah sekali-kali tidak mempersiapkan kotbah!Imam yang tidak mempersiapkan kotbah dengan baik, merugikan.

Citra imam itu sendiri dan cita rasa iman umat dilayaninya. Kotbah kontekstual dan bernas memperdalam iman umat.

“Iman tumbuh oleh Sabda”. Kotbah baik, diyakini ada waktu dalam hidupnya untuk taqsim di depan Sabda Allah. Kotbahnya menyapa, menggerakkan: membikin hati umat berkobar-kobar. Sebagaimana kata punya daya, demikian juga kotbah yang berkualitas, efektif membangun communio. Locusnya untukkehidupan menggereja. Focusnya, Sabda Allah.Input apa pun dari umat (juga dari sesama imam), pasti menyadarkan para imam untukngaca diri. Kotbah yang sungguh dipersiapkan menjadi medium strategis menjelmakan Sabda. Strategis: karena melalui sarana ini Sabda Allah diperdengarkan. Karenanya, setiap imam mewajibkan dirinya untuk mengemas Sabda secara baik. Kotbah mestinya efektif. Umat pun mempunyai hak untuk menerimakekuatan rohani yang layak dari mimbar sabda para imamnya. Paus Fransiskus memberikan alarm serius: “lebih dari 8 menit, kotbah menjadi tidak jelas!”. Jangan karena kotbah, umat  lalu mengeluh: “capek dech!” (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved