Opini

Opini: Bunga Pusara Abadi di Bulan Desember

Flamboyan, atau yang  masyarakat setempat disebut Sepe dipandang dengan mata penuh rasa hormat dan takjub. Bagi orang Kupang, Flamboyan bukan hanya

Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG.COM/NOVEMY LEO
Bunga Sepe dari Pohon Sepe, pohon unik yang jadi salah satu ikon Kota Kupang, Provinsi NTT 

Keindahannya yang mekar di atas kuburan mengandung makna mendalam tentang kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, yang harus tercipta bagi seluruh rakyat di dunia ini. 

Sebagai ciptaan Allah, sumber damai sejahtera, bunga ini mengajarkan kedamaian sejati hanya bisa terwujud ketika kita hidup dalam keadilan, saling menghormati, dan menjaga alam semesta sebagai anugerah Tuhan. 

Sepe adalah pengingat bahwa kemerdekaan dan kedamaian tidak hanya tentang kebebasan individu, tetapi juga tentang berbagi dan melindungi kehidupan di bumi, demi kesejahteraan bersama yang berkelanjutan.

Masyarakat Kupang menaburkan bunga Sepe di atas kuburan bukan hanya sebagai tanda penghormatan, tetapi juga sebagai simbol harapan akan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial-ekologis yang kelak terwujud di langit dan bumi yang baru. 

Dalam keindahan merah yang membara, Sepe mencerminkan semangat perjuangan untuk kebebasan dan keadilan, yang menghubungkan yang telah tiada dengan yang hidup, serta melambangkan kedamaian yang datang setelah pertempuran batin dan fisik. 

Bunga ini menjadi penanda bahwa peradaban manusia tak hanya diukur dengan waktu yang berlalu, tetapi oleh kesadaran kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara alam, sesama, dan diri kita, untuk mewujudkan dunia yang lebih adil, harmonis, dan berkelanjutan. 

Sebagai bunga yang tumbuh di atas tanah yang kering, Sepe mengingatkan bahwa keadilan dan kedamaian harus terus diperjuangkan dan dipelihara, sebagaimana bumi yang selalu memberi ruang bagi kehidupan baru untuk tumbuh, mekar, dan berkembang.

Bunga Sepe yang ditaburkan di kuburan oleh masyarakat Kupang mengandung makna mendalam sebagai pengikat antara kehidupan dan kematian, mengingatkan kita bahwa manusia berasal dari tanah dan akhirnya akan kembali ke tanah. 

Dengan kelopak merahnya yang membara, Sepe menjadi simbol pengingat bahwa setiap jiwa yang meninggalkan dunia ini adalah bagian dari siklus alam yang tak terelakkan. 

Taburan bunga ini adalah panggilan untuk merenungkan kembali nilai-nilai luhur yang harus dijaga dalam kehidupan: percayalah pada Injil kasih, yang mengajarkan kita untuk hidup dalam damai, berbagi, dan saling menghormati. 

Sepe juga menyuarakan seruan agar kita menjauhkan diri dari perbuatan budaya korupsi, kekerasan, dan intoleransi yang merusak tatanan sosial dan menjauhkan kita dari cita-cita kemanusiaan yang adil dan beradab. 

Sebagai bunga yang tumbuh subur di tanah Nusantara, Sepe mengingatkan kita bahwa hanya dengan menjaga prinsip-prinsip kebaikan dan keadilan, serta berpegang teguh pada kasih yang universal, kita bisa mewujudkan bumi yang lebih harmonis dan sejahtera bagi seluruh umat manusia, di tengah keberagaman yang ada. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved