Berita Jakarta
Viral Nenek Hasna Tinggal di Rumah Berukuran 2 Meter x 3 Meter Bersama Belasan Cucunya
Rumah Hasna (62) berukuran 2 meter x 3 meter dan dihuni belasan anggota keluarga viral di media sosial. Ironi metropolitan.
POS-KUPANG.CM - Saat memasuki rumah Hasna, langsung terlihat kamar mandi tanpa WC. Kamar mandi itu semi-terbuka dan menghadap langsung ke ruangan tempat berkumpulnya keluarga Hasna.
Adapun lantai rumah di bagian rumah ini menggunakan ubin berwarna putih dengan kondisi banyak yang pecah, terutama di sudut-sudut ruangan. Tangga untuk menuju lantai dua terbuat dari kayu dan tidak semua anggota keluarga bisa menggunakannya.
Di depan rumah, terdapat tempat duduk dari semen yang biasanya digunakan Hasna untuk tidur. Di usianya yang terbilang senja, Hasna harus kuat setiap malam tidur di teras rumah dengan kondisi duduk. Sementara para cucunya tidur di dalam rumah dengan hanya beralaskan tikar.

Namun, setidaknya sejak Jumat (8/11/2024) malam, Hasna dan keluarga bisa tidur nyaman di atas kasur tanpa menunggu giliran tidur dan berdesakan. Berkat viralnya kondisi Hasna, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait telah mengunjungi dan memberikan bantuan kepada Hasna pada Jumat malam.
Mulanya, Maruarar menawarkan kepada Hasna bersama keluarga untuk pindah ke Rusun Pasar Rumput. Akan tetapi, Hasna menolak dengan sejumlah alasan.
”Saya dan keluarga tidak bisa kalau harus pindah ke Pasar Rumput. Anak-anak sudah telanjur sekolah di sini,” kata Hasna saat ditemui.
Akhirnya, tim Kementerian PKP berencana membongkar ulang rumah Hasna dan akan diperluas dengan membeli rumah kosong yang sudah tidak dihuni di sebelah rumah Hasna.
”Soalnya, kalau dibangun ulang tapi di lokasi dengan luas yang sama, ya, tidak ada bedanya,” ujar Hasna.
Saat ini, Hasna dan keluarganya tinggal di kontrakan yang lokasinya berjarak 200 meter dari rumahnya. Hasna tinggal di kontrakan secara gratis selama enam bulan hingga rumahnya selesai dibangun ulang. Kontrakan satu lantai itu memiliki ruang tamu luas, dua kamar tidur, area dapur, dan satu kamar mandi.
Di dalam kontrakan dengan lantai berwarna merah bata itu, sejumlah cucu Hasna berlarian mengelilingi ruangan. Sementara cucu lainnya tengah terlelap di dalam kamar tidur dengan kasur yang nyaman, kipas menyala, dan pencahayaan yang terang.
Kini, Hasna juga sudah bisa memasak lauk setelah 20 tahun tidak bisa memasak karena rumahnya yang terlalu sempit dengan banyak anak kecil. Kondisi ini sangat tidak memungkinkan untuk Hasna memiliki dapur atau sekadar kompor di rumah.
”Takut kalau masak nanti malah kebakaran karena banyak anak kecil juga. Biasanya menanak nasi saja, lauknya beli yang murah,” ujar Hasna.
Adapun Hasna sehari-hari menjadi pemulung. Ia ditinggal suaminya meninggal karena kecelakaan. Anak sulungnya bekerja sebagai sopir bajaj, anak keduanya ikut suaminya di Bekasi, dan anak terakhirnya mengalami gangguan kesehatan mental.
”Kadang saya jam 3 pagi sudah bangun untuk mulung. Saya tidak pernah tidur dengan nyenyak. Kadang juga membagi waktu tidur, jika cucu saya tidur malam, saya tidur pagi. Biar bisa tidur di dalam rumah saat cucu sekolah. Badan saya sebenarnya sudah mulai pegal-pegal, apalagi saya juga yang mencuci baju cucu saya,” tutur Hasna.
Saat ditemui, anak kedua Hasna, Evi (34), mengaku terpaksa meninggalkan enam anaknya untuk tinggal bersama Hasna. Keenam anaknya merupakan anak dari suami Evi sebelumnya. Saat ini, Evi tinggal di Bekasi dengan suami barunya.
”Saya tidak bermaksud membuat ibu saya kesulitan dengan menjaga dan merawat anak saya, terlebih anak pertama saya juga susah jalan. Anak saya masih sekolah semua, paling kecil usia 4 tahun. Tetapi saya juga harus bekerja dan ikut suami untuk membantu membiayai anak-anak saya,” tuturnya.
Evi pun mengatakan masih sering mengunjungi anaknya. Ia tidak memiliki kendaraan sehingga kesulitan untuk ke Jakarta. Biasanya, ia menggunakan KRL Jabodetabek jika ke Jakarta.
Bernasib sama
Tidak hanya Hasna, sejumlah warga RW 012 Kelurahan Tanah Tinggi juga bernasib sama. Sejumlah warga terpaksa tidur bergantian karena jumlah anggota keluarganya tidak sebanding dengan luas hunian yang mereka tempati. Dengan kondisi tersebut, banyak pula warga yang memanfaatkan Balai Sekretariat RW 012 sebagai tempat istirahat mereka.
Agus (45), misalnya, yang rela mengalah tidur di Balai Sekretariat RW 012 setiap hari. Agus rela mengalah agar kedua adiknya yang menempati rumah dua lantai dengan ukuran 3 meter x 5 meter peninggalan ibunya itu.
”Adik saya laki-laki dan perempuan. Mereka sudah punya pasangan. Yang satu sudah punya anak, sedangkan istri saya sudah meninggal dan tidak ada anak. Jadi, saya mengalah agar mereka saja yang tinggal di sana,” ujar Agus.
Agus merasa sungkan jika harus tidur di ruangan yang sama dengan adik-adiknya. Mereka pun sepakat untuk membagi rumah dua lantai tersebut.
”Adik saya tidur di lantai yang berbeda. Lantai satu untuk adik pertama dan suaminya, lantai dua untuk adik terakhir dan istrinya. Kalau saya sehari-hari di Balai Sekretariat RW 012, termasuk mandi. Saya biasanya juga membantu warga sini. Pulang kalau ada perlu saja dengan adik-adik,” tuturnya.
Penataan
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat berkomitmen akan mengatasi kepadatan penduduk di wilayah-wilayah padat. Salah satunya melalui program pembangunan hunian vertikal dan penataan kawasan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
”Salah satu wilayah di Jakarta Pusat yang kami soroti memang di RW 012 Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru. Banyak warga di wilayah ini hidup dalam ruang terbatas, bahkan tidak memiliki ruang tidur cukup di rumahnya,” ujar Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Chaidir.
Sehubungan dengan kondisi tersebut, Pemkot Jakarta Pusat melalui Suku Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan berencana melakukan penataan kawasan pada tahun 2025. Penataan ini berupa pembangunan hunian vertikal yang tentunya membutuhkan kesepakatan bersama warga terlebih dahulu.
Bedah kampung ini akan dilaksanakan secara kolaborasi antara Pemkot Jakpus dan Baznas Bazis Jakpus. Akan tetapi, pihaknya perlu berdiskusi dengan warga karena ia mengetahui tidak semua warga setuju.
Chaidir menuturkan, kegiatan penataan berupa pembangunan rumah warga menjadi hunian vertikal dan menata kawasan dengan berbagai fasilitas serta dilengkapi ruang terbuka untuk interaksi warga.
”Kegiatan bedah kawasan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hunian warga, termasuk nanti bakal ada penyediaan sarana MCK (mandi cuci kakus) dan fasilitas ruang terbuka di lingkungan permukiman. Jadi, nanti warga juga mendapat cukup penerangan dan sinar matahari,” tuturnya.
Adapun sebelumnya, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama Pemprov DKI Jakarta serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional meresmikan Rumah Cinta Damai di Kelurahan Tanah Tinggi pada 27 September 2024. Rumah empat lantai dengan 12 unit tersebut dibuat untuk warga Kelurahan Tanah Tinggi yang rumahnya tidak layak huni. Menurut rencana, Pemprov DKI bakal membangun rusun serupa bagi warga RW 012 yang rumahnya tidak layak huni.
Ketua RW 012 Kelurahan Tanah Tinggi Imron Buchori mengatakan, dirinya dan para warga sudah mengetahui jika permukiman padat di wilayahnya jadi target penataan kawasan oleh pemerintah daerah. Akan tetapi, sejumlah warga menolak rumahnya dibongkar untuk dibangun rumah susun.
”Sebab, pembangunan rusun membutuhkan lahan yang luas dan nantinya para warga luas tinggalnya akan sama rata di dalam rusun. Nah, warga yang merasa rumahnya sudah luas itu menolak kalau rumahnya dibongkar. Mereka merasa tidak adil,” ungkap Imron.
Karena itu, Imron masih menunggu warga untuk musyawarah mufakat. Warga juga perlu berdiskusi dengan Pemrov DKI terkait pembangunan rusun tersebut.
Warga bercengkerama di salah satu gang di RW 012, Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, Jumat (8/11/2024).
Diketahui, wilayah RW 012 mempunyai luas sekitar 3,5 hektar dengan jumlah penduduk mencapai 1.200 keluarga dan 2.200 jiwa. Di RW 012 ada 6 RT dari 11 RT yang termasuk permukiman padat. Di wilayah tersebut rata-rata warganya tinggal di sebuah rumah yang dihuni sampai tiga keturunan.
”Yang termasuk padat penduduk itu RT 005, 006, 007, 008, 009, dan 010. Setiap malam, Balai Sekretariat RW 012 selalu dipenuhi warga yang numpang tidur,” kata Imron.
Sebab, rumah yang para warga tinggali sangat sempit sehingga hanya bisa digunakan untuk tempat tidur anak-anaknya yang masih kecil. Imron pun tak melarang warganya bermalam di Sekretariat RW karena keterbatasan tempat tinggal.
Di Balai Sekretariat RW 012, warga tidur dengan memanfaatkan sekitar empat kursi panjang sebagai alasnya. Selain kursi panjang, warga kerap tidur di lantai dengan terpal sebagai alas mereka untuk beristirahat.
”Saya tidak melarang, yang penting mereka harus menjaga ketertiban. Kemudian, tidak narkoba atau tidak berbuat tindakan kriminal lainnya,” ucap Imron.
Adapun rata-rata warga di wilayahnya merupakan penerima bantuan dari Pemerintah Provinsi Jakarta. Mulai dari Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU), Kartu Jakarta Pintar (KJP), dan Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Namun, bantuan itu tetap dirasa kurang karena jumlah keluarga mereka melebihi batas. (kompas.id)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Berita Viral
rumah nenek hasna
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP))
Maruarar Sirait
Pos Kupang Hari Ini
POS-KUPANG.COM
Kebocoran Gas di Kuningan Jakarta Selatan Sudah Berhasil Ditangani |
![]() |
---|
Masjid Lautze di Jakarta Surganya Warga Etnis Tionghoa Indonesia yang Memeluk Islam |
![]() |
---|
Polisi Tangkap dan Dalami Kondisi Kejiwaan Pria yang Diduga Hendak Bakar Masjid di Tanjung Priok |
![]() |
---|
Kualitas Udara di Jakarta pada Tingkat Berbahaya, Para Eksekutif Mendiskusikan Cara Memerangi Polusi |
![]() |
---|
Jakarta Kota Paling Tercemar di Dunia, Pemerintah Salahkan Musim Kemarau dan Kendaraan Bermotor |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.