Dalam tulisan tersebut, Pak Pratik menempatkan pemikiran Driyarkara tentang pendidikan pada konteks ketika pemikirannya diartikulasikan dalam bentuk tulisan, dan melaluinya melihat dampak ekonomi politik neoliberal dan neokonservatif terhadap semua jenjang pendidikan di Indonesia kontemporer.
Pak Pratik menutup tulisannya dengan ajakan untuk membaca ulang pemikiran Driyarkara tentang pendidikan secara emansipatoris.
Saya kutip lengkap kalimat terakhir tulisannya: “Tugas kita semua untuk memanfaatkan benih-benih liberatif atau pembebasan dalam pemikiran Driyarkara tentang pendidikan untuk merancang dan menyelenggarakan pendidikan sekolah di semua jenjang yang sungguh-sungguh mampu mengemansipasikan peserta didik dan melahirkan transformasi sosial ke arah tercapainya kehidupan masyarakat yang semakin berkeadilan dan sejahtera dalam kesetaraan.”
Di tengah situasi kontemporer, di mana gelar mudah tergadaikan kepentingan politik, lembaga pendidikan kehilangan integritasnya berhadapan dengan kekuasaan, dan kurikulum yang memaksa guru-guru untuk lebih sibuk menjadi pengadministrasi ketimbang pengajar, ajakan di atas adalah sebuah seruan keras, dari seseorang yang selalu menjaga integritasnya dalam perilaku dan tindakan, sebagai pengajar, terutama sebagai manusia. Semoga ada jalan terbuka. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.