Opini
Opini: Pak Pratik dan Sebuah Antologi
Saya pertama kali mengenal pemikirannya sebagai mahasiswa komunikasi melalui buku Komunikasi Antarpribadi yang diterbitkan oleh Kanisius.
Di akhir setiap diskusi, Pak Pratik dan Pak Kris juga ikut membagikan hasil pembacaan mereka, sekaligus menekankan poin-poin penting dari bacaan-bacaan kelas setiap minggu.
Berdasarkan diskusi-diskusi tersebut, peserta kelas kemudian membuat esai sebagai tugas akhir mata kuliah.
Para mahasiswa yang datang dari berbagai latar belakang pendidikan sarjana, dengan minat yang berbeda-beda, biasanya mengembangkan dan memperluas bahan-bahan yang ada untuk mempertajam kajian dalam tulisan-tulisan tugas akhir berdasarkan latar belakang pendidikan dan minat tersebut.
Sebagai pengampu kelas, pembawaan Pak Pratik yang apa adanya membuat kelas cenderung tertib dan teratur: catatan-catatan pinggirnya di setiap bahan kuliah membantu kami menjadi lebih efektif dalam membaca.
Pembawaan yang cenderung apa adanya dan blak-blakan, terutama kapasitas keilmuannya yang mumpuni, membuat Pak Pratik sangat disegani sebagai pembimbing tesis.
Kelas Pendidikan Kritis sendiri berpengaruh besar pada cara saya memandang sistem pendidikan, termasuk membentuk perspektif saya ketika mengkurasi dan menerbitkan tulisan-tulisan bertema pendidikan untuk penerbit Dusun Flobamora.
Pengantar-pengantar di sejumlah terbitan tersebut, misalnya dalam buku-buku Adrianus Ngongo, saya tulis dengan pisau analisis Pendidikan Kritis yang saya peroleh selama kuliah.
Dari kelas Pendidikan Kritis yang kami ikuti selama satu semester itu, lahirlah antologi berjudul Kenduri Pendidikan: Berbagi Perbincangan tentang Pedagogi Kritis (Sanata Dharma University Press, 2018).
Antologi tersebut merupakan pengembangan esai tugas akhir masing-masing mahasiswa berdasarkan masukan para dosen pengampu mata kuliah.
Tidak semua mahasiswa peserta kuliah Pendidikan Kritis mengumpulkan revisinya, sehingga antologi akhirnya hanya memuat tulisan tujuh peserta kuliah, ditambah tulisan dua dosen pengampu masing-masing sebagai pembuka dan penutup antologi.
Antologi dibuka tulisan Pak Kris berjudul “Menggerakkan Publik: Analisis Wacana dalam Transisi Kurikulum Indonesia ke Pendidikan Berbasis Kompetensi”. Dalam tulisan tersebut, Pak Kris melihat transisi kurikulum menggunakan perspektif analisis wacana kritis.
Selanjutnya, menggunakan pandangan para pemikir pedagogi kritis, para mahasiswa menampilkan tulisan-tulisan sesuai minat dan latar belakang keilmuan dan kepakaran.
Yosephin Novi Marginingrum, seorang sarjana Sastra Jawa, misalnya, menggunakan pedagogi kritis untuk melihat inovasi pengajaran bahasa Jawa di Yogyakarta.
Contoh lain, Yohanes de Britto Wirajati, seorang sarjana Ilmu Sejarah, melihat bagaimana mata pelajaran Sejarah di SMA mengonstruksi identitas nasional.
Tulisan Pak Pratik berjudul “Membaca Pemikiran Driyarkara tentang Pendidikan di Zaman Sekarang” menutup antologi.
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.