Opini

Opini: Prabowo-Gibran, Simbiosis atau Ketidakpastian? 

Hemat saya  kita perlu merenungkan apakah Indonesia akan memasuki era baru yang stabil atau terjerumus lebih dalam ke dalam ketidakpastian.

|
Editor: Dion DB Putra
KOMPAS.COM/FIKA NURUL ULYA
Presiden Prabowo Subianto didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ketika mengumumkan Menteri Kabinet Merah Putih di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Minggu (20/10/2024) malam. 

Perbedaan Pandangan: Sumber Ketidakpastian?

Ketidakpastian terbesar dari pemerintahan Prabowo-Gibran muncul dari perbedaan pandangan di antara keduanya, terutama dalam hal kebijakan ekonomi dan politik luar negeri. 

Prabowo, dengan latar belakang populisme dan proteksionismenya, sering kali mengusung retorika nasionalisme ekonomi yang menekankan pada perlindungan industri lokal dan pengurangan ketergantungan pada investasi asing. 

Di sisi lain, Gibran, yang tumbuh dalam era globalisasi dan dikenal dengan kebijakan pro-investasi asing selama menjadi Wali Kota Solo, memiliki pendekatan yang lebih pragmatis dan terbuka terhadap kapital global.

Perbedaan ini bisa menjadi sumber gesekan dalam pemerintahan. Misalnya, dalam hal kebijakan investasi, jika Prabowo lebih memilih untuk membatasi investasi asing demi melindungi industri dalam negeri, Gibran mungkin akan mendorong kebijakan yang lebih terbuka untuk menarik modal asing guna mempercepat pertumbuhan ekonomi. 

Konflik semacam ini, hemat saya jika tidak dikelola dengan baik, bisa memperkuat ketidakpastian dalam pemerintahan dan berpotensi mempengaruhi iklim investasi di Indonesia.

Selain itu, dalam kebijakan luar negeri, Prabowo dikenal dengan pendekatan yang lebih tegas dan cenderung menolak intervensi asing, terutama dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China. 

Sementara Gibran, meskipun belum menunjukkan sikap politik luar negeri yang jelas, bisa saja memiliki pandangan yang lebih moderat dan pragmatis dalam menghadapi kekuatan global. Ini akan menjadi ujian bagi kohesi internal koalisi mereka.

Ari Dwipayana, pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, mengatakan bahwa “perbedaan visi dan pendekatan antara Prabowo dan Gibran akan menjadi tantangan besar bagi stabilitas pemerintahan mereka, terutama dalam menghadapi isu-isu ekonomi yang sensitif” (Tempo, 2023). 

Ketidakpastian ini harus segera diredam jika pemerintahan ini ingin mendapatkan kepercayaan penuh dari rakyat dan investor.

Regenerasi atau Dinasti Politik?

Salah satu elemen yang paling kontroversial dari terpilihnya Gibran sebagai Wakil Presiden adalah tudingan mengenai politik dinasti. 

Gibran, sebagai putra Presiden Joko Widodo, dianggap oleh sebagian kalangan sebagai representasi dari menguatnya dinasti politik di Indonesia. 

Meskipun Gibran berhasil memenangkan pemilu dengan cara yang sah, banyak yang masih meragukan apakah posisinya lebih merupakan hasil dari prestasinya sendiri atau warisan politik dari ayahnya.

Isu politik dinasti ini tidak bisa dipandang remeh. Dalam demokrasi, prinsip meritokrasi dan regenerasi politik yang sehat sangat penting untuk memastikan adanya kaderisasi yang adil dan kompeten. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved