Opini
Opini: Claret dan Kerasulan Media
Claret lahir di Sallent, Vich, Spanyol pada 23 Desember 1807 dan meninggal di Biara Cistersian di Frontfroide, Narbone, Prancis pada 24 Oktober 1870.
Oleh: Petrus Nandi, CMF
Tinggal di Seminari Hati Maria Kupang - NTT
POS-KUPANG.COM - Setiap tanggal 24 Oktober, Gereja merayakan peringatan Santo Antonius Maria Claret (selanjutnya: Claret), seorang uskup dan pengaku iman.
Claret lahir di Sallent, Vich, Spanyol pada 23 Desember 1807 dan meninggal di Biara Cistersian di Frontfroide, Narbone, Prancis pada 24 Oktober 1870. Peran Claret dalam Gereja amatlah besar.
Dari sederetan karya monumentalnya, ada tiga yang dapat disebutkan di sini yakni: 1) pendirian Kongregasi Claretian (CMF) dan beberapa kongregasi laikal;
2) keaktifannya dalam membela infalibilitas Paus selama Konsili Vatikan I (1879) di Roma; dan 3) ketekunannya dalam berkerasulan melalui media. Karya yang disebutkan terakhir, yakni kerasulan media akan menjadi kajian utama dalam ruang gagasan ini.
Claret: Model Kerasulan Media
Oleh Gereja, Claret diangkat sebagai salah satu pelindung pers. Pengangkatan ini dapat dipertanggungjawabkan jika mengacu pada kiprahnya yang spektakuler di bidang publikasi.
Sebagaimana terekam dalam Autobiografinya, Claret menulis lebih dari 150 buku berisi ajaran iman, moral, dan spiritual. Ia juga menyalurkan pengajarannya melalui surat kabar serta ribuan pamflet, brosur, dan selebaran.
Keseriusan Claret dalam kerasulan media dibangun di atas pendirian, bahwasannya kotbah dan katekese saja tidak cukup untuk menyalurkan pewartaan iman.
Claret bahkan percaya bahwa buku, selebaran, dan media-media cetak lainnya bisa menjadi sarana pewartaan alternatif tatkala umat tidak lagi tertarik untuk mendengarkan kotbah atau pergi ke gereja (Autobiografi Nomor 310).
Menurut Claret, kerasulan media yang efektif memerlukan beberapa kriteria berikut. Pertama, kandungan pewartaan harus berguna dan baik bagi keselamatan jiwa banyak orang (Autobiografi Nomor 311).
Kedua, pewartaan disampaikan melalui wadah-wadah cetak yang sederhana, tipis, dan mudah dibawa ke mana-mana (Autobiografi Nomor 312). Ketiga, isi pewartaan mesti menjawabi tantangan iman yang dihadapi umat serta berdaya transformatif.
Usaha Claret dalam berkerasulan melalui media rupanya tidak sia-sia. Jutaan manusia bertobat. Terjadi transformasi penghayatan iman di kalangan umat.
Seluruh usaha itu pun berorientasi pada pertobatan para pendosa, keselamatan umat manusia, dan kemuliaan Allah (Autobiografi Nomor 325).
Revitalisasi Kerasulan Media Saat Ini
Pada hakikatnya, karya kerasulan yang berorientasi pemakluman kabar gembira (euangelion) kepada umat manusia mengandaikan eksodus “dari altar menuju pasar”, “dari meja ekaristi menuju meja umat”.
Dalam hal ini, media-media masa seperti surat kabar, majalah, buku, jurnal, dll., bisa menjadi jembatan yang menghubungkan Gereja dengan dunia. Kesuksesan Claret dalam kerasulan media merupakan sebuah prakondisi yang baik bagi gerak misi Gereja masa kini di bidang kerasulan yang sama.
Sekurang-kurangnya, ada tiga kenyataan aktual yang mendesak Gereja menjalankan secara serius kerasulan media.
Pertama, fenomena hoax kian menghantui ruang-ruang publik, merangsek ke dalam Gereja, bahkan membelokkan orientasi dan idealisme media itu sendiri.
Kedua, jumlah pewarta tidak sebanding dengan banyaknya umat dengan aksesibilitas yang cukup sulit.
Ketiga, telah terjadi pergeseran makna dan pola hidup manusia akibat pengaruh kapitalisme dan globalisasi.
Menghadapi kenyataan-kenyataan tersebut, pewartaan yang disampaikan Gereja melalui media diharapkan mampu memberikan pijakan spiritual dan moral yang kokoh bagi umat di tengah kebimbangan dan disorientasi makna hidup yang mereka alami.
Di samping itu, publikasi pewartaan yang mampu menjangkau seluruh lapisan umat manusia membutuhkan sebuah media lain, yaitu media online.
Media Online: Medan Kerasulan Tak Bersekat
Menguatnya peran media-media online dalam dunia publikasi saat ini kiranya menjadi stimulus bagi Gereja untuk mengembangkan kultur baru dalam berkerasulan.
Tantangannya tidak hanya soal bagaimana memindahkan konten pewartaan dari kertas ke portal online, tetapi juga menyangkut bagaimana membuat konten itu disesuaikan dengan sistem kerja fitur-fitur online itu sendiri. Karena itu, diperlukan sebuah literasi teknologi dan media bagi pewarta.
Keunggulan dari pewartaan melalui media online ialah khalayak pembacanya yang lebih luas dan banyak. Melalui media online, Gereja masuk dalam sebuah ruang pewartaan tak bersekat dan tak berhingga.
Kalau Claret, dengan mengandalkan media cetak bisa menyelamatkan jutaan orang, Gereja saat ini, melalui sistem penyebaran informasi media online yang tak bersekat, mesti mampu melampaui jumlah itu.
Media Sosial dan Redefinisi Pewartaan
Di samping media massa (cetak dan online), pewartaan melalui media sosial pun penting untuk diwacanakan. Data dari situs We Are Social menunjukkan, ada 5,04 miliar dari 8,08 miliar total penduduk yang menggunakan media sosial per Januari 2024.
Dengan rata-rata pemakai yang mencapai 62,3 persen ditambah karakter ruang lingkup interaksi antarindividu yang tak bersekat seperti halnya media online, media sosial bisa menjadi sarana yang menjanjikan dalam pewartaan.
Terlepas dari itu, patut dicatat bahwa media sosial memberikan ruang dan kebebasan sepenuhnya bagi para pengguna untuk menyampaikan sekaligus menerima pesan.
Dalam hal ini, Gereja ditantang untuk menghadirkan diri secara tegas, tepat, dan tetap dalam sistem interaksi media sosial.
Membanjirnya konten-konten sensasional dan pragmatis tetapi tidak bernilai edukatif menuntut Gereja untuk hadir sebagai penyedia pesan alternatif yang mampu mencerahkan peradaban manusia, membawa kabar sukacita Allah kepada dunia, serentak membawa semua manusia kepada Allah.
Dua kriteria pewartaan Claret, yakni mempunyai muatan yang baik demi keselamatan dan berdaya transformatif sekiranya penting untuk dibawa dalam misi kerasulan melalui media sosial. (*)
Petrus Nandi
Opini Pos Kupang
Santo Antonius Maria Claret
Antonius Maria Claret
Seminari Hati Maria Kupang
kerasulan media
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.