Cerpen
Cerpen: Untukmu yang Telah Pergi
Aku tidak yakin bahwa engkau sedang tidak baik-baik saja setelah semua luka, duka dan traumamu menjadi sembuh.
Katakan, berapa kilometer jarak antara kita? Sejauh itukah jarak antara kita hingga engkau tidak dapat mendengar teriakku?
Sekejam itukah duniamu hingga bayangmu pun tidak diizinkan untuk sekedar hadir dalam setiap mimpi malamku?
Atau sungguh sebahagia itukah engkau di dana hingga engkau lupa untuk mengunjungiku?
Aku ingat, ada begitu banyak kata yang sempat kau ucapkan kepadaku. Ada begitu banyak kenangan yang kau ciptakan di setiap hari-hari kebersamaan kita yang menghadirkan canda, tawa, hingga membuat bumi kita sedikit berisik.
Ketahuilah bahwa saat menemukanmu, saat itu pula aku memahami arti hidupku!
Satu hal yang paling aku ingat tentang kata yang pernah kau ucapkan.
Engkau mengatakan ini, “Mawar yang kita tanam haruslah kita siram agar dapat bertumbuh, meski nanti bukan kita yang memetiknya”.
Berkali-kali kau mengucapkannya, namun engkau lupa menjelaskannya meski hanya untuk sekali saja. Bahkan saat engkau pergi pun engkau tidak menjelaskannya.
Tapi sudalah, mungkin aku dapat memahaminya besok atau suatu hari nanti di masa depan.
Atau mungkin engkau akan kembali lagi untuk menjelaskannya, pada kehidupan berikutnya.
Sekali lagi, aku sangat penasaran dengan bumi dan langitmu di sana.
Mungkin bukan hanya aku, tetapi banyak orang di luar sana juga penasaran perihal bumi dan langitmu.
Berapa banyak orang yang mengunjungimu atau orang yang kau kunjung setiap hari? Masihkah kau ramah menyambut tamu-tamu baru yang datang mengunjungimu?
Oh, iya. Bagaimana dengan rumah yang kau tinggal sekarang? Pasti megah dan mewah! Bagaimana dengan tamannya, sudahkah kau tanam mawar yang baru di sana?
Ataukah kau tanam beberapa pohon kopi di dalamnya agar engkau dapat menyeduh minuman kesukaanmu itu? Hahahaaa... dasar kau, pecandu kopi!
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.