Opini

Opini: Homo Economicus dalam Pilkada

Dalam kontestasi politik semacam Pilkada ini, tarik-menarik antara pendekatan rasional atau transaksional atau perpaduan keduanya mulai terasa. 

Editor: Dion DB Putra
KOMPAS.COM/ERICSSEN
Ilustrasi 

Pemilih tipe ini tidak mempertimbangkan prinsip ekonomi karena asupan informasi yang mereka miliki terbatas. Bagi mereka sangat berdosa jika sudah mendapatkan paket gizi politik dari kandidat tertentu lalu memilih kandidat yang lain.  

Marketing Politik

Rasionalitas pemilih cenderung berkaitan dengan marketing politik.  Marketing dalam pilkada akan membuka peluang terpilihnya seorang calon tergantung dari apa yang bisa dijual oleh para kandidat tersebut. 

Ada empat elemen yang menjadi isu utama dalam pilkada yaitu produk, promosi, tempat dan harga, yang diukur dari indikator platform partai, rekam jejak, personal, dan karakter calon. 

Elemen-elemen di atas bisa menjadi pertimbangan pemilih dalam menentukan pilihannya secara rasional. 

Platform partai dapat menarik jumlah pemilih yang signifikan. Terkadang pilihan politik masyarakat juga didasarkan pada partai pengusung walaupun dalam beberapa survei pilihan politik yang mendasarkan pada platform partai ini jumlahnya tidak signifikan. 

Dari sisi rekam jejak, ini menjadi hal pokok yang sangat penting bagi pemilih. Pilihan berdasarkan rekam jejak bobotnya lebih besar dibandingkan dengan pilihan politik masyarakat berdasarkan platform partai. 

Oleh sebab itu, menjadi sangat penting ketika parpol menentukan pilihan calon berdasarkan rekam jejak yang baik. Apalagi masyarakat kita mempunyai kecenderungan lebih sensitif terhadap persoalan etika dan moral calon pemimpinnya. 

Dari sisi personal juga menjadi penting, hal ini merupakan indikator penting yang harus menjadi pertimbangan dalam setiap Pilkada. 

Sisi personal calon menjadi referensi utama pemilih melakukan pilihan politik. 

Secara teoritik, elektabilitas kandidat salah satu unsurnya adalah personality (kepribadian) calon yang menjadi alasan pemilih. 

Calon yang arogan, temperamental, elitis, sarkastik dan terindikasi masuk lingkaran korupsi, kolusi, nepotisme tentu ditinggalkan oleh pemilihnya. 

Dari sisi karakter calon. Hal ini terkait erat dengan persoalan  kemampuan mediasi dan komunikasi politik. Calon yang memiliki karakter baik cenderung mempunyai pola komunikasi politik vertikal dan horizontal yang baik. 

Hal ini menjadi poin penting untuk merekrut pemilih yang masih tinggi sentimen primordialnya. Keempat elemen tersebut akan sangat menentukan terpilihnya calon kepala daerah yang bersangkutan.  

Marketing politik yang handal adalah marketing yang mempertimbangkan rasionalitas pemilihnya. Untuk menyentuh aspek itu, maka empat elemen di atas perlu didesain serasional mungkin. 

Hal yang perlu diingat selalu adalah setiap pemilih rasional menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomis. Dari sinilah kita bisa menakar sejauh mana rasionalitas pemilih di NTT saat ini.  (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved