Transisi Pemerintahan

Jokowi Kebanyakan Abaikan Diplomasi di Majelis Umum PBB, Prabowo Mungkin Tidak

Lebih dari 1 dekade menjabat sebagai presiden, pemimpin yang akan keluar ini berfokus pada isu-isu dalam negeri dan kesepakatan ekonomi atau investasi

Editor: Agustinus Sape
ARSIP BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (9/11/2021). 

Beberapa pengamat mengatakan persepsi bahwa Jokowi condong ke Tiongkok, yang seiring dengan ketidakhadirannya di kancah internasional, telah merugikan Indonesia.

Indonesia terlalu bergantung pada Beijing, terutama dalam mendanai proyek-proyek infrastruktur yang menjadi andalan presiden yang akan keluar, yang telah membatasi pengaruh diplomatiknya, kata pakar keamanan internasional Poltak Partogi Nainggola.

“[Indonesia] tidak mampu menjaga keseimbangan hubungan dengan AS dan Eropa serta menekan Rusia dan Israel, sehingga semakin sulit mempengaruhi isu-isu besar seperti perang di Ukraina dan Timur Tengah,” Poltak, dari Badan Riset dan Inovasi Nasional ( BRIN), kepada BenarNews.

Prabowo bukannya tidak menyadari besarnya kebutuhan investasi di Indonesia, namun platform pemilunya menekankan penggunaan diplomasi untuk mencapai stabilitas ekonomi.

Bagi Dafri Agussalim dari Universitas Gadjah Mada, apa yang disebut sebagai kebijakan luar negeri pragmatis Jokowi tidak hanya mencerminkan fokusnya pada hasil ekonomi, namun juga kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan diplomasinya. 

Absennya Jokowi di forum multilateral mungkin juga disebabkan oleh kurangnya kemampuan diplomasi internasional, kata Dafri.

“Dia telah muncul di forum global sebelumnya, namun gagasannya dikritik karena tidak cukup substantif atau kuat secara argumentatif.”

Meskipun ia berbicara dalam bahasa Inggris, yang merupakan lingua franca untuk diplomasi, penyampaiannya terhenti dan ia sering kali tampak tidak nyaman.

Sebaliknya, Prabowo, yang menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di luar negeri, tidak hanya fasih berbahasa Inggris, tapi juga Belanda, Prancis, dan Jerman.

Nazarudin Latif di Jakarta berkontribusi pada laporan ini. (benarnews.org)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved