Opini
Opini: KDRT, Dominasi Budaya Patriarki dan Kolaborasi Masyarakat
Di satu sisi KDRT merusak fisik dan mental korban, tetapi juga mengganggu stabilitas keluarga dan masyarakat di sisi yang lain.
Dalam banyak kasus, perempuan diharapkan untuk tetap di rumah dan menghindari keterlibatan aktif dalam politik atau kegiatan masyarakat.
Ketika perempuan mencoba untuk memecahkan batasan ini, mereka seringkali menghadapi penolakan sosial, stigma, dan bahkan kekerasan.
Pembatasan hak dan kebebasan ini memperkuat dan melestarikan ketidakadilan gender, yang pada akhirnya dapat memicu KDRT.
Sejauh ini, dampak KDRT sangat luat dan merusak. Korban seringkali mengalami trauma psikologis yang mendalam, seperti depresi, kecemasan, dan rasa tidak berdaya.
Dalam banyak kasus, korban merasa terperangkap dalam siklus kekerasan, di mana mereka takut untuk melaporkan kekerasan yang mereka alami karena khwatir akan stigma sosial atau pembalasan dari pelaku.
Secara sosial, korban KDRT seringkali mengalami isolasi karena stigma atau rasa malu yang terkait dengan menjadi korban kekerasan. Ini terutama terasa di daerah pedesaan, di mana akses ke dukungan sosial dan kesehatan mental sangat terbatas.
Filsuf Michael Foucault pernah mengatakan, “Kekuasaan bukan hanya sesuatu yang dimiliki oleh seseorang atau sebuah institusi; kekuasaan ada dalam hubungan antara individu dan masyarakat.” (Discipline and punish, 1975).
Kutipan ini mencerminkan bagaimana kekuasaan yang tidak seimbang dalam hubungan domestik dapat berkontribusi pada KDRT, memperkuat kekuasaan pelaku dan mengurangi kempuan korban untuk melawan atau mencari bantuan.
Dalam konteks ini, delain dampak individu, KDRT bisa berdampak pada masyarakat secara keseluruhan.
KDRT dapat menggangu stabilitas keluarga, yang merupakan unit dasar dari masyarakat.
Ketika stabilitas keluarga terganggu, dampaknya akan terasa pada lingkungan sekitar, termasuk dalam hal pendidikan anak, produktivitas ekonomi, dan kesejahteraan sosial.
Dalam jangka panjang, KDRT dapat memperburuk ketimpangan gender dan kemiskinan, yang pada akhirnya menghambat pembangunan sosial dan ekonomi di NTT.
Pentingnya Kesadaran dan Kolaborasi Masyarakat
Mengatasi KDRT memerlukan kesadaran dan kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari individu, komunitas, hingga pemerintah. Masyarakat lokal memiliki peran penting dalam mendukung korban dan mencegah terjadinya KDRT.
Inisiatif komunitas yang mempromosikan kesadaran, pendidikan, dan dukungan bagi korban dapat menjadi kunci dalam mengubah sikap dan norma-norma yang mendasari kekerasan dalam rumah tangga.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.