Liputan Khusus
Lipsus - Warga Mengaku Belum Merdeka
Para siswa yang berjumlah 22 orang didampingi orangtua dan para guru harus menempuh perjalanan 5 kilometer menyebrangi lautan.
POS-KUPANG.COM, ENDE - Akibat kondisi jalan dari dan menuju Desa Wololele A, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende yang rusak dan sangat memrihatikan, beberapa ibu hamil yang sudah memasuki masa partus terpaksa melahirkan di tengah jalan saat hendak di bawa ke puskesmas terdekat.
Saking parahnya ruas jalan tersebut, warga setempat menyebut akses jalan tersebut tidak layak disebut jalan raya tetapi jalan setapak yang kerap dilewati petani yang hendak berkebun.
"Sangat parah bahkan sudah tidak bisa dikatakan jalan lagi. Ruas jalan tersebut ada dua jalur yang pertama itu bisa dari Watuneso lalu ke Wololele A tapi masyarakat lebih banyak lewat Wolosoko. Kalau bicara aspal dari pertama buka jalan sampai sekarang belum ada aspal, paling rabat. Itupun sejauh ini hanya bersumber dari dana desa dan swadaya masyarakat," ungkap Ino Wangge, tokoh muda Desa Wololele A kepada Pos Kupang, Sabtu (17/8) malam.
Jarak tempuh dari Wolosoko menuju kampung paling ujung di Desa Wololele A mencapai lebih dari 5 Km. Sedangkan dari Watuneso ke Desa Wololele A, kata Ino, lebih dari 5 Km namun kondisi jalannya sangat memrihatinkan sehingga masyarakat lebih memilih melalui jalur Wolosoko meski dengan kondisi jalan yang juga memrihatinkan.
Biasanya, lanjut Ino, warga yang hendak berobat ke Puskesmas Watuneso atau berbelanja di Kota Maumere, Kabupaten Sikka ataupun urusan keperluan lainnya melewat jalur Watuneso. Namun saat ini karena kondisi jalan yang mengalami rusak parah, warga memilih melalui jalur Wolosoko.
"Kalau bicara soal orang sakit, ibu hamil sering terjadi melahirkan sebelum sampai di puskesmas atau rumah sakit. Melahirkan di atas mobil karena memang jalannya rusak parah sekali," ungkap Ino.
Kepala Desa Wololele A, Antonius Wangge yang dihubungi melalui telepon selularnya mengaku, sejak masih kecil hingga dirinya terpilih menjadi Kepala Desa Wololele A, akses jalan di wilayahnya sudah mengalami kerusakan yang cukup parah.
"Kalau pun bangun, hanya pakai dana desa saja. Sebelumnya dana sekitar Rp 200 juta itupun mereka baru survey di jalan tapi kalau Rp 200 juta itu paling-paling juga hanya bisa bangun jalan 100 meter. Sering terjadi di masyarakat, ibu hamil melahirkan di jalan sudah beberapa kali karena kondisi jalan, pokoknya jalan itu setengah mati," ungkap Anton Wangge.
Syukri Abdullah, anggota DPRD Kabupaten Ende terpilih dari wilayah Dapil 4 termasuk wilayah Kecamatan Lio Timur yang dikonfirmasi, Sabtu (17/8) malam melalui telepon selularnya mengatakan dirinya akan memperjuangkan keluhan warga Desa Wololele A terkait akses jalan yang rusak parah tersebut.
"Yang jelas nanti kita perjuangkan, nanti kita lihat dengan nomenklatur jalannya juga kemudian kita sesuaikan dengan anggaran. Kalau memang ada celah fiskal ya bukan tidak mungkin kita akan upayakan itu dan itu menjadi komitmen serta tanggung jawab saya terhadap keluarga di Wololele A," tandas politisi PSI ini.
Dia juga mengakui kondisi jalan menuju Desa Wololele A di Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende sangat memprihatinkan dan meminta Pemerintah Kabupaten Ende fokus memperhatikan ruas jalan tersebut agar tidak terjadi lagi ibu hamil yang melahirkan di tengah jalan akibat rusaknya akses jalan.
"Memang kondisinya jalan Wololele A ini sangat memrihatinkan dan saya berharap pemerintah harus berpikir sehingga kendala buat masyarakat seperti ibu-ibu hamil saat melakukan rujukan itu menjadi alasan pemerintah untuk segera mengerjakan ruas jalan itu. Kalau memang ada potensi fiskal, yang jelas saya akan perjuangkan itu," tegas Syukri Abdullah.
Siswa Nyebrang Laut
Sementara itu, puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lebantour di Pulau Kojadoi, Kecamatan Alok Timur Kabupaten Sikka pun terpaksa harus menyeberang lautan menggunakan perahu motor demi mengikuti pengibaran bendera Merah Putih di Desa Kojadoi, Sabtu (17/8).
Para siswa yang berjumlah 22 orang didampingi orangtua dan para guru harus menempuh perjalanan 5 kilometer menyebrangi lautan. Butuh waktu 2 jam akhirnya mereka pun tiba di tambatan perahu Desa Kojadoi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.