Opini
Opini: Menyoal Lima Hari Sekolah, Antara Efisiensi dan Efektivitas Pendidikan
Artikel ini sekadar mau mengajak kita untuk sedikit lebih jauh melihat efektivitas penerapan lima hari sekolah.
Padahal kegiatan pengembangan diri di luar jam belajar formal merupakan komponen penting dalam menumbuhkembangkan soft skills siswa.
Jika sistem lima hari sekolah mengorbankan aspek ini, maka perlu dipertanyakan apakah kebijakan tersebut benar-benar memberikan manfaat bagi perkembangan siswa secara menyeluruh.
Para praktisi pendidikan tentu sadar sepenuhnya bahwa kegiatan ekstrakurikuler tentu bukan sekadar tambahan, tetapi merupakan bagian integral dari pendidikan yang komprehensif.
Melalui kegiatan ini, siswa mengembangkan keterampilan kepemimpinan, kerja tim, kreativitas, dan kemampuan mengelola waktu.
Dalam dunia kerja, kapasitas-kapasitas ini bahkan dapat menjadi faktor penentu utama bagi ‘keberhasilan’ seseorang. Karenanya, mengabaikan aspek ini demi mengejar target akademik semata justru merupakan langkah mundur dalam upaya mempersiapkan generasi emas Indonesia.
Dampak kedua adalah pengaruhnya terhadap “work-life balace”. Tantangan terbesar penerapan lima hari kerja adalah memastikan siswa tidak terlalu terbebani dan masih memiliki waktu cukup untuk beristirahat dan bersosialisasi di luar sekolah.
Bagaimana kita dapat menciptakan sistem yang mempersiapkan siswa untuk sukses secara akademis dan profesional, tanpa mengorbankan kesehatan mental, waktu keluarga, dan pengembangan pribadi mereka?
Dukungan dan Panduan
Pemerintah, dalam hal ini kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tidak perlu gegabah dan terburu-buru mengeluarkan kebijakan pendidikan, termasuk lima hari sekolah ini.
Kalaupun itu dilakukan, maka harus melalui kajian mendalam dan diikuti dengan seperangkat dukungan terhadap kebijakan tersebut.
Misalnya, pemerintah perlu memberikan dukungan lebih dalam bentuk pelatihan guru, penyediaan fasilitas, dan panduan implementasi yang lebih detail bagi sekolah yang ingin menerapkan sistem lima hari sekolah.
Tanpa persiapan yang matang, perubahan sistem hanya akan menimbulkan kekacauan dan kebingungan, yang justru kontraproduktif terhadap tujuan pendidikan itu sendiri.
Kita di NTT bisa belajar dari pengalaman masuk sekolah jam lima pagi beberapa waktu lalu. Kebijakan yang hanya mencari sensasi, tanpa kajian dan persiapan, terbukti hanya berujung pada kegagalan dan menjadi olok-olokan nasional.
Dukungan pemerintah, baik pusat maupun daerah, juga mencakup pengembangan modul pelatihan untuk membantu guru beradaptasi dengan jadwal yang lebih padat, investasi dalam teknologi pendidikan untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih efisien, dan penyediaan konsultan pendidikan yang dapat membantu sekolah dalam merancang dan mengevaluasi implementasi kebijakan baru tersebut.
Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.