Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 10 Agustus 2024, Mati untuk Menghasilkan Banyak Buah

Buah yang melimpah dari kematian Yesus di kayu salib adalah orangorang yang percaya kepada-Nya dan yang akan memperoleh hidup kekal.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pastor John Lewar, SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Sabtu 10 Agustus 2024, Mati untuk Menghasilkan Banyak Buah 

Oleh: Pastor John Lewar, SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Sabtu 10 Agustus 2024, Mati untuk Menghasilkan Banyak Buah

Suara Pagi dari Samlaki Tanimbar Ambon Maluku

Pesta Santo Laurensius

Lectio:
2Korintus 9:6-10
Mazmur 112:1-2,5-6,7-8,9
Injil: Yohanes 12:24-26

Meditatio:
Orang-orang Yunani ingin berjumpa dengan Yesus. Filipus dan Andreas menyampaikan keinginan itu kepada Guru mereka. Kepada mereka berdua, Yesus kemudian menyatakan, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.”

Dalam Injil Yohanes, saat pemuliaan atau peninggian Yesus adalah ketika Dia dipaku pada kayu salib. Yesus menyatakan kepada kedua murid itu bahwa sudah tiba saatnya bagi diri-Nya untuk menjalani penderitaan dan kematian.

Namun, kematian-Nya bukanlah kematian yang sia-sia. Kematian-Nya adalah seperti kematian biji gandum yang
jatuh ke tanah. Biji itu mati, tetapi kemudian tumbuh dan menghasilkan banyak buah.

Buah yang melimpah dari kematian Yesus di kayu salib adalah orangorang yang percaya kepada-Nya dan yang akan memperoleh hidup kekal.

Kedatangan orang-orang Yunani kepada Filipus dan Andreas sudah menampakkan panen melimpah yang akan dituai berkat kematian Yesus.

Jalan hidup yang ditempuh Yesus ini merupakan teladan bagi orang-orang yang mau mengikuti-Nya. “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.”

 Ketika hidup di dunia ini, manusia hidup dengan jiwa dan raganya. Ketika manusia mati, jiwanya meninggalkan raga yang akan membusuk dan menjadi tanah. Ada orang yang mati karena usia lanjut, karena sakit, kecelakaan, atau dibunuh.

Yesus di sini berbicara tentang orang yang mencintai dan yang tidak mencintai nyawanya. Yang pertama takut kehilangan nyawa dalam arti takut mati. Orang yang demikian justru akan kehilangan nyawanya: sesudah raganya mati, jiwanya tidak akan selamat. Yang kedua tidak mencintai nyawanya di dunia ini: orang yang demikian rela kehilangan hidup demi melakukan kehendak Allah.

Sebenarnya orang yang demikian tidak akan kehilangan nyawanya, tetapi justru akan menyelamatkannya.
Bagaimana bisa? Ketika jiwanya meninggalkan raga, sebenarnya jiwa itu pergi kepada Allah dan memasuki kehidupan yang kekal.

Para murid telah mengikuti Yesus sampai saat itu. Kali ini Yesus menyebut mereka sebagai pelayan. Mereka yang mengikuti Yesus dalam menanggung penderitaan demi melakukan kehendak Bapa, dan yang melayani Yesus dengan melakukan apa yang diajarkan-Nya, mendapatkan perhatian dari-Nya.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved