Perang Rusia Ukraina
1.000 Tentara Ukraina Berhasil Terobos Perbatasan Rusia dengan Tank dan Kendaraan Lapis Baja
Salah satu serangan terbesar Ukraina terhadap Rusia sejak Februari 2022 ini mengejutkan dan memaksa Rusia mengerahkan pasukan cadangan.
Namun, menurut majalah Foreign Affairs edisiKamis, pasukan Rusia juga sebenarnya sudah kewalahan. Bahkan, militer Rusia yang terbesar dan terkuat pun tidak akan mampu berperang selamanya, apalagi setelah kehilangan banyak tentara. Sejak Januari 2024, secara keseluruhan jumlah wilayah Ukraina yang direbut Rusia hanya sekitar 579 km persegi.
Ini belum bisa digambarkan sebagai keberhasilan karena mengorbankan lebih dari 180.000 orang Rusia. Selain tentara, peralatan perang Rusia juga perlahan-lahan menipis. Rusia pada akhirnya nanti tidak punya pilihan selain menghentikan serangan dan menyusun kembali kekuatan.
Menurut Mick Ryan, peneliti senior untuk Studi Militer di Lowy Institute di Sidney dan peneliti di Center for Strategic and International Studies, menjelaskan, dengan kondisi seperti itu artinya Rusia berada di titik kulminasi.
Dia memperkirakan Rusia kemungkinan masih bisa mempertahankan tempo serangan saat ini selama satu atau dua bulan lagi.
Militer Rusia kemungkinan masih bisa menyerang dari darat dan udara beberapa kali tetapi dengan kecepatan jauh lebih rendah.
Ryan menilai, pada kondisi seperti sekarang Ukraina harus mulai merencanakan cara terbaik memanfaatkan kemunduran kemampuan Rusia. Ini tentu tidak akan mudah karena pasti akan memakan korban lebih banyak. Ukraina dapat mempelajari medan perang untuk mencari tanda-tanda kelemahan Rusia.
Menurut dia, Ukraina juga bisa bekerja sama dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melatih dan mempersiapkan serangan baru. Operasi pertahanan kini menjadi bentuk perang yang dominan dari Ukraina. Ukraina bakal butuh manuver ofensif baru untuk mendekati dan menerobos garis pertahanan Rusia lagi. Jika berhasil, hanya saat itulah Ukraina akan dapat bernegosiasi dengan posisi tawar kuat.
Baca juga: 10 dari Ribuan Tahanan Ukraina di Rusia Dibebaskan Berkat Mediasi Vatikan dan Uni Emirat Arab
Hampir semua perang berakhir dengan perundingan. Namun, lanjut Ryan, negosiasi terbaik adalah negosiasi yang membuat musuh bertekuk lutut, seperti Jerman dan Jepang di akhir Perang Dunia II. Atau negosiasi yang membuat musuh kelelahan hingga penarikan pasukan menjadi satu-satunya pilihan yang nyata, seperti Soviet di Afghanistan.
Ukraina, kata Ryan, harus membuat pertempuran menjadi sangat tidak tertahankan dan tidak berkelanjutan bagi Rusia sehingga Rusia bersedia menyetujui, tidak hanya penangguhan sementara, tetapi penghentian perang selamanya.
”Ukraina punya semua syarat yang dibutuhkan untuk berhasil meski tentara dan senjata tak banyak. Untuk menang, Ukraina harus membangun kembali kapasitas ofensifnya, gencar dalam upaya diplomatik, dan membuat teori kemenangan yang baru,” kata Ryan.
(kompas.id/reuters/afp/ap)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Perang Rusia Ukraina
perbatasan rusia di Kursk
Pasukan Ukraina
Pasukan Rusia
Vladimir Putin
Volodymyr Zelenskyy
Pos Kupang Hari Ini
POS-KUPANG.COM
perkembangan perang ukraina
Serangan Rusia ke Pusat Medis Menewaskan 9 Orang di Kota Sumy, Ukraina |
![]() |
---|
Kapal Penuh Gerbong Kereta BBM Meledak di Pelabuhan Rusia, Diduga Kena Rudal Neptunus Ukraina |
![]() |
---|
Kardinal Parolin: Tahta Suci Vatikan Berkomitmen untuk Perdamaian yang Adil di Ukraina |
![]() |
---|
Blinken: Tidak Baik bagi China, Iran dan Korea Utara Mendukung Rusia |
![]() |
---|
Personel Militer Tiongkok Tiba di Belarus untuk Latihan Bersama |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.