Pilgub DKI Jakarta

Ahok - Anies Sama-sama Mengaku Makin Sering Berkomunikasi

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Anies Baswedan, sama-sama mengaku kalau belakangan ini semakin sering membangun komunikasi sebagai teman.

Editor: Frans Krowin
AFP/REUTERS
SAMA-SAMA – Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok dan Anies Baswedan sama-sama mengaku bahwa keduanya sering membangun komunikasi melalui WhatsApp 

POS-KUPANG.COM – Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Anies Baswedan, sama-sama mengaku kalau belakangan ini semakin sering membangun komunikasi. Komunikasi ini dalam batasan sebagai teman.

Baik Ahok maupun Anies Baswedan mengungkapkan fakta itu ketika dihubungi awak media secara terpisah. Komunikasi itu terjalin seiring PDIP memberi sinyal akan mengusung Anies Baswedan di Pilgub DKI Jakarta.

Kepada awak media, Ahok mengatakan bahwa dalam urusan politik, keputusan sepenuhnya ada di Partai Banteng Moncong Putih yang dinahkodai Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

“Itu keputusan partai apapun harus diikuti oleh semua kader,” ucap Ahok dengan nada tegas, sebagaimana dilansir Pos-Kupang.Com dari Wartakotalive.com, Kamis 1 Agustus 2024.

Sebelumnya media ini memberitakan bahwa Anies Baswedan mengaku semakin intens membangun komunikasi dengan PDIP. Komunikasi itu terus mengalir menjelang Pilgub DKI Jakarta 2024 yang kini sudah di depan mata. 

Bahkan, Anies Baswedan juga mengungkapkan bahwa komunikasi dengan Ahok itu selalu dilakukan melalui pesan singkat. “Pesan singkat kerap kami lakukan,” ujarnya. 

Ahok mengungkapkan komunikasi dengan Anies Baswedan. Dia menyebutkan bahwa komunikasi dengan Anies layaknya sebagai teman. “Komunikasi kami sewajarnya teman,” ucap Ahok.

Politisi PDIP itu mengaku bahwa bertemu dengan Anies terakhir kali pada acara pernikahan rekannya. “Saya terakhir ketemu di acara pernikahan anak dari teman beberapa waktu lalu,” jelas dia.

Sebagai informasi, PDIP tengah membuka peluang untuk mengusung Anies di Pilkada Jakarta. 

Adapun hal ini diperkuat dari pernyataan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, yang mengatakan probabilitas mengusung Anies kini berada di angka lebih dari 50 persen.

Namun keputusan ini belum final, seluruh partai masih dinamis dalam menentukan strategi di Pilkada 2024. 

Kemudian pada pekan depan, PDIP akan mengumumkan siapa saja kepala daerah yang bakal mereka usung pada pilkada mendatang.

Anies: Saya Sering WA dengan Pak Ahok

Sebelumnya, Anies Baswedan merespons isu duet dirinya dengan Ketua DPP PDIP Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Pilkada Jakarta 2024.

“Apakah aturannya memungkinkan? (jika dipasangkan dengan Ahok?),” ujar Anies, Selasa 30 Juli 2024.

Diketahui, Anies menutup kans duet dengan Ahok di Pilkada Jakarta.

Baca juga: KKB Papua Bunuh Sopir Truk, Muzakir Tewas, Belasan Temannya Belum Ditemukan

Baca juga: Koalisi Indonesia Maju Dukung Anies Baswedan Asal Zita Anjani Jadi Pendamping

Sebab, secara aturan baik Anies maupun Ahok tidak bisa kembali maju dalam kontestasi sebagai wakil gubernur di Jakarta.

“Kita semua bergerak sesuai konstitusi saja,” imbuhnya.

Eks capres nomor urut 1 itu mengklaim hubungannya dengan mantan rival saat Pilkada Jakarta 2017 itu cukup baik.

Dia mengungkapkan, bahwa sekarang ia menjalin komunikasi intens dengan Ahok melalui WhatsApp.

“Saya, Pak Ahok, ya berkomunikasi terus, kita suka WA-an,” tambahnya.

Sebagai informasi, PDIP tengah membuka peluang untuk mengusung Anies di Pilkada Jakarta.

Adapun hal ini diperkuat dari pernyataan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, yang mengatakan probabilitas mengusung Anies kini berada di angka lebih dari 50 persen.

Namun keputusan ini belum final, seluruh partai masih dinamis dalam menentukan strategi di Pilkada 2024.

Kemudian pada pekan depan, PDIP akan mengumumkan siapa saja kepala daerah yang bakal mereka usung pada pilkada mendatang.

Sebelumnya, pengamat politik dari UIN Jakarta Ahmad Fauzi meyakini, Anies tidak akan dibiarkan melawan kotak kosong alias tidak ada lawan politiknya di Jakarta.

Diketahui, baru tiga parpol yang sepakat mengusung Anies di Pilkada Jakarta yakni PKS, PKB dan NasDem.

“Saya kira tidak akan dibiarkan oleh parpol bahwa Anies ini akan melawan kotak kosong. Dia harus ada penantangnya, dan besar kemungkinan penantangnya itu datang dari PDIP,” kata pria yang akrab disapa Ray Rangkuti ini, Senin 29 Juli 2024.

Menurut Ray, elektabilitas kader PDIP yaitu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masih tetap tinggi di Jakarta. Meski sudah vakum di dunia politik selama lima tahun, tapi namanya masih berkesan bagi warga Jakarta karena pernah menjadi Gubernur periode 2014-2017 lalu.

“Ahok kan dia tinggi suaranya, saya kira mereka bisa berkoalisi dengan Partai Gerindra dan nanti mungkin ditopang oleh partai-partai lain, tapi garis besarnya Gerindra dengan PDIP,” ucap Ray.

Sementara untuk Golkar, lanjut dia, posisinya tidak memiliki daya tawar yang kuat karena figur yang dicalonkan kurang populer.

Belakangan Partai Golkar mengumumkan sosok pengusaha tol, Jusuf Hamka atau Babah Alun sebagai Bacawagub Jakarta 2024.

“Golkar saya kira akan ke Anies, nggak sama Babah Alun, kalau Golkar itu kan mereka punya daya tawar kalau sama Ridwan Kamil, tapi kalau bukan Ridwan Kamil calonnya, yah dia nggak punya daya tawar. Jadi besar kemungkinan mereka hanya mendukung, bukan pengusung,” imbuhnya.

Walau begitu Ray juga ragu PDIP akan bergabung dengan Anies Baswedan karena mereka memiliki kader potensial sebagai Bacagub Jakarta sendiri, yakni Ahok.

Apalagi langkah koalisi dengan Anies ini akan menimbulkan rasa jengkel di kalangan kader PDIP di tingkat bawah.

Sulitnya duet ini terjadi karena disebabkan dua faktor. Pertama apabila PDIP melihat tidak ada ancaman dari luar yang memungkinkan harus duet dengan Anies.

“Ancaman itu misalnya Kaesang ikut Pilkada Jakarta. Itulah alasan bagi mereka untuk bertemu, dan alasan kedua karena ada kader mereka yang bagus kok tapi nggak bisa loncat, namanya Ahok,” tuturnya.

“Oleh karena itu saya melihatnya sulit bagi PDIP untuk gabung dengan Anies, sebab kalau nggak yah warga PDIP yang jengkel sendiri karena kalau bukan darurat betul, yah lebih terhormat bagi PDIP bersaing dengan Anies dibanding bersekutu dengan Anies. Kecuali ada campur tangan dari luar, yang harus mereka hadapi bersama misalnya Kaesang,” lanjutnya.

Ray tidak memungkiri Ahok pernah terjerat kasus penistaan agama, tapi faktanya elektabilitasnya masih tetap tinggi di Jakarta hingga 20 persen lebih. Artinya warga Jakarta tidak terlalu mempersoalkan status hukumnya.

Baca juga: Anies Baswedan Akui Sering Bicara Sama Ahok Tapi Bukan Soal Politik

Baca juga: Anies Baswedan Siap Saja Jika Harus Didampingi Jusuf Hamka di Pilgub DKI Jakarta

“Sudah vakum dari politik lima tahun terakhir ini, tapi dia memiliki 20 persen elektabilitas, artinya warga Jakarta tidak terlalu mempersoalkan status hukumnya, karena orang mengenal Ahok bukan sebagai penista agama,” imbuhnya.

“Tapi mengenal Ahok sebagai Gubernur yang berhasil mengubah warga Jakarta, termasuk ketegasannya dalam memimpin. Apalagi kinerja Heru seperti sekarang kan, orang merindukan lagi gaya kepemimpinan seperti Ahok itu,” lanjutnya.

Tapi dari kacamata politik, ucap dia, sosok Anies dan Ahok itu tak ada bedanya sekarang. sama-sama mantan Gubernur Jakarta. Anies mantam Capres RI 2024, tak punya masalah hukum sehingga popularitasnya tinggi.

Sedangkan Ahok vakum di dunia politik lima tahun dan tak mengisi jabatan apapun. Meski pernah terjerat kasus, tapi elektabilitasnya masih tinggi di kisaran 20 persen.

“Anies itu kan sudah ditetapkan sebagai Cagub, pasti orang nggak ragu milih dia, tapi kalau orang milih Ahok masih ragu, tapi kalau nanti dia ditetapkan sebagai calon, keraguan itu hilang,” pungkasnya. (*)

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved