Opini

Opini: 175 Tahun Claretian “Menolak Lupa”

Vic-“menolak lupa” ada dalam kerangka kemawaktuan sejati. Vic tidak semata sebuah nama yang memiliki ikatan sejarah yang kuat bagi para Claretian.

Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/HO
Santo Antonius Maria Claret. 

Oleh : Ebith Lonek,CMF
Frater Claretian

POS-KUPANG.COM - Boomerang, band ternama Indonesia pernah menyanyikan lagu dengan liriknya …kemarin, hari ini, esok, selamanya kasih, lagu ini diberi judul “Seumur Hidup”.

Apa yang menarik dari lirik lagu yang dikutip di atas adalah pengarang menghadirkan kepada pendengar dan penikmat music arti mencintai seseorang yang tanpa batas waktu.

Dengan demikian, seyogyanya pengarang atau pun penikmat lagu itu pernah mengalami cinta itu terlebih dahulu di waktu kemarin (masa lalu), sehingga dia kembali mengeskpresikan pengalaman itu dalam lirik lagu tersebut dengan harapan akan ada lagi pengalaman itu di esok hari (masa depan).

Pengalaman di hari kemarin, yang diekspresikan di hari ini dan dengan harapan akan terulang di hari esok bagi Heidegger itu disebut waktu “vulgar” yang bukan merupakan waktu eksistensial atau kemawaktuan kita melainkan waktu yang dapat diukur dengan kronometer.

Dalam konsep vulgar ini waktu dibayangkan sebagai serial momen-momen yang mengalir. Momen kita berada adalah sekarang, yang lewat adalah dahulu, sedangkan yang belum datang adalah nanti.

Dengan demikian, waktu vulgar sebagai serial momen yang mengalir dan dihayati dalam keberadaan kita itulah waktu eksistensial atau kemawaktuan kita.

Waktu tidak hanya berlalu begitu saja sebagai sebuah bentangan kronos-matematis, namun dihayati dengan penuh kesadaran untuk setiap serial momen yang terjadi.

Vic-“menolak lupa” ada dalam kerangka kemawaktuan sejati. Vic tidak semata sebuah nama yang memiliki ikatan sejarah yang kuat bagi para Claretian. Namun, catatan demi catatan telah menunjukan kota Vic adalah cikal bakal para Misionaris Claretian untuk pertama kalinya “melihat” dunia dengan scopus yang lebih luas.

Vic adalah rahim yang menghadirkan mereka dalam melihat kemuliaan Allah, kekudusan para anggota dan keselamatan umat manusia sebagai alas an mengapa mereka “ada”.

Vic menolak lupa adalah konsekuensi logis ketika para Claretian menyadari adanya mereka dalam bentangan kemawaktuan Dasein.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Miroslav Volf dalam buah pemikiran mengenai “mengingat-mengenang” dengan benar dan baik sebagai sebuah jalan afirmasi atas keberadaan kita atau jalan menuju rekonsiliasi dalam konteks pengalaman buruk masa lalu yakni mengingat dengan baik dan katakana dengan jujur apa yang dingat atau dikenang pada masa lalu.
Miroslav Volf- “The end of Memory”

Miroslav Volf adalah seorang teolog yang dilahirkan di Kroasia pada tanggal 25 September 1956. Ia adalah salah satu teolog kontemporer yang memiliki atensi yang berbeda dari parateolog pada umumnya.

Perhatian Volf terletak pada teologi pengampunan, perdamaian (non-violence), dan rekonsiliasi. Namun, banyak yang mengenalnya sebagai pemikir teologi kenangan atau ingatan.

Hal itu Nampak dalam salah satu karya yang terbit pada tahun 2006 dengan judul The End of The Memory, Remembering Rightly in a Violent World. Namun, Miroslav Volf menekankan konsep mengingat yang ia maksudkan tidak dalam pengertian mengingat pada umumnya, tetapi bagi dia ingatan atau kenangan yang diangkat adalah kenangan akan kesalahan yang membawa penderitaan.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved