Opini
Opini: Waspadai Zoonosis
Spora antraks berubah menjadi bentuk vegetatif, berkembang banyak dalam tanah pH basa, sehingga menimbulkan wabah besar.
Oleh: Soeharsono drh. DTVS, PhD (Mantan Penyidik Penyakit Hewan)
POS-KUPANG.COM - Enam Juli 2024 adalah Hari Zoonosis se Dunia (World Zoonoses Day / WZD). WZD diselenggarkan untuk memperingati keberhasilan Louis Pasteur, memberikan Vaksin rabies (1885) pada orang digigit anjing rabies, sehingga selamat.
Tujuan peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit menular dari hewan ke manusia, serta aktivitas global meminimalkan resiko penularan.
Zoonosis menjadi perhatian dunia, saat Sekretaris Jenderal WHO Dr. Tedros A. Gebreyesus menyampaikan “Disease X” sebagai wabah / pandemi mendatang, pada World Economic Forum di Davos (2024). Saat ini “Disease X” masih merupakan hipotesis. Pernyataan ini disampaikan, sebagai keprihatinan atas besarnya kerugian akibat Covid-19.
Di Indonesia, banyak tenaga medis meninggal dunia, karena kekurangan alat pelindung diri (APD). Disamping itu peralatan diagnosis PCR sangat terbatas. Masker medis, pelindung sederhana bagi masyarakat harganya mahal. Setelah dilakukan vaksinasi masal Covid-19, disertai edukasi protokol 3 M, jumlah kasus / kematian menurun drastis. Kini masker sangat murah.
Saat pemerintah masih berjuang menangani zoonosis lama seperti rabies dan antraks, muncul zoonosis baru, bersumber hewan liar. Secara singkat diuraikan bagaimana zoonosis menyebar dan menular secara masyarakt waspada.
Penyebaran
Penyebaran rabies anjing (dog mediated rabies) terjadi lewat introduksi anjing dalam masa inkubasi dari daerah tertular ke daerah bebas. Masa inkubasi lama, beberapa minggu sampai beberapa bulan, memungkinkan seseorang membawa antar pulau anjing nampak sehat, ke daerah bebas. Sebagai contoh penyebaran ke Flores (1998), Ambon (2003), Bali (2008), Nias (2011), Timor (2003).
Di Bali rabies merupakan masalah serius sampai kini. Korban gigitan HPR Januari-Nopermber 2023 mencapai 62.672 orang (Kompas.id. 24/11/2023), tertinggi di Indonesia. Anjing dikonfirmasi positif rabies 638 ekor (2023).
Antraks merupakan zoonosis lama, diketahui sebelum Kelahiran Yesus, namun sulit diberantas. Bakteri penyebabnya, Bacillus antracis, bertahan puluhan tahun dalam bentuk spora di tanah, sehingga merupakan ancaman sepanjang masa . Negara maju Amerika dan Australia pun tidak bebas antraks.
Van Ness (1971) dalam “Ecology Anthrax” menulis, spora antraks berubah menjadi bentuk vegetatif, berkembang banyak dalam tanah pH basa, saat kemarau panjang, sehingga menimbulkan wabah besar.
Selaras tulisan van Ness, penulis pernah menyidik wabah antraks mematikan ratusan sapi dan puluhan kuda di Sumba Timur (1981). Ditemukan antraks kulit pada sejumlah penduduk.
Yellow Fever (YF) menyebar dari Afrika ke Amerika Selatan pada jaman perbudakan (1502 –1866). Sekitar 11,2 juta orang Afrika dibawa bekerja di Amerika Selatan. Diduga sejumlah orang sembuh masih membawa virus YF, lewat nyamuk ditularkan ke orang di Amerika Selatan. Sumber virus YF satwa primata. Sampai kini YF endemik di Afrika dan Amerika Selatan.
Tikus menimbulkan Justinian Plaque (541-549), meninggal 15-100 juta orang di Eropa. Penyebaran dari Afrika dan Tiongkok ke Eropa lewat jalur perdagangan. Penyebabnya bakteri Yersinia pestis, ditularkan gigitan kutu tikus (Xenopsylla cheopsis).
Indonesia tertular 1910 (disebut pes bubo) saat mengimpor beras dari Burma (sekarang Myanmar). Korban meninggal antara 1910-1960, mencapai 245.375.
West Nile Encephalitis menyebar dari Afrika ke Amerika lewat migrasi burung.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.