Opini
Opini: Mgr Max Regus dan Republik Sialan
Padahal candaan segar dan menggigit terutama dengan ‘kelakuan’ sahabat-sahabatnya selalu menjadi sebuah bacaan ringan yang menarik.
Kedua, dengan latar belakang pendidikan ‘duniawi’ (yakni: . Pendidikan pascasarjana di UI bidang sosiologi dan kemudian studi doctoral di The International Institute of Social Studies di Universitas Erasmus dan Graduate School di Universitas Tilburg Belanda) dari Uskup MR, maka hal itu terasa sangat cocok dan klop dengan kebutuhan Manggrai Barat khussnya Labon Bajo yang bukan lagi berada di level nasional tetapi malah internasional.
Dari segi sosial, terdapat beberapa persoalan mendasar di Manggarai Barat.
Dua persoalan dasar seperti rendahnya tingkat pendidikan (60 persen berpendidikan SD) bisa menjadi sasaran empuk bagi pendatang yang begitu mudah mengibuli rakyat selain orang yang pintar pun menggunakan kepintaran (atau lebih tepat kelicikan) untuk mengibuli rakyat. Tanah yang mudah terjual adalah fakta yang di depan mata.
Fakta lain tentang masalah sosial ekonomi dengan tingkat kemiskinan hampir 22 persen (Kompasiana 8/8/2023) menunjukkan bahwa ternyata kemajuan yang dibanggakan Jokowi dan jajarannya ternyata dalam kenyataanya lebih membawa kesialan daripada kemaslahatan.
Di Keuskupan baru ini, Mgr Max Regus akan angguk-angguk ironis bahwa Republik ini memang Republik Sialan.
Tapi ini tidak perlu diratapi. Tuhan telah mengirim utusannya yang tepat, seorang uskup sosiolog yang pasti bersama imam-imam yang rendah hati dan bijak, bisa mengurai persoalan dan dapat menghadirkan reksa pastoral yang baru.
Mereka yang banyak mengganggu dan menjerumuskan masyarakat tentu akan berkata: Sialan Uskup Max Regus karena membuat mereka tidak nyaman. Tetapi juga Republik yang sialan akan berhadapan dengan umat yang uskupnya seorang sosiolog. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.